Takdir adalah sebuah konsep penting dalam Agama Islam, mengandung makna mendalam yang menghubungkan kehendak Allah SWT dengan perjalanan hidup manusia. Kata "takdir" berasal dari akar kata "qadara," yang mencerminkan pengukuran dan penetapan kadar atau ukuran tertentu.
Ada juga "taqdīr," yang berarti Allah SWT telah menakdirkan atau menentukan sesuatu. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, "takdir" diartikan sebagai ketentuan atau ketetapan Allah yang sudah ditetapkan sejak zaman azali.
Perlu diketahui kalau takdir dalam Agama Islam memiliki beberapa macam yang menggambarkan bagaimana Allah SWT dalam menetapkan dan mengatur segala sesuatu dalam alam semesta tanpa terkecuali.
Berikut jenis-jenis takdir dalam Agama Islam beserta contohnya dalam keseharian, mengutip situs Universitas Islam An-Nur Lampung pada Kamis (24/8/2023).
Baca Juga: Pengertian Takdir dalam Islam: Definisi, Etimologi dan Makna
Jenis-Jenis Takdir dalam Islam
1. Takdir Mubram
Takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT yang tidak dapat diubah oleh manusia. Ini mencakup peristiwa-peristiwa yang pasti terjadi tanpa melibatkan usaha manusia untuk mengubahnya meskipun mereka mengusahakannya.
Salah satu contohnya adalah kematian seseorang. Meskipun manusia mungkin berusaha menjaga kesehatan dan menghindari risiko, kematian tetaplah takdir mubram yang pasti terjadi pada setiap individu.
Dalam Al-Qur'an, Allah mengingatkan tentang ketidakbisaan manusia untuk menghindari kematian dengan firman-Nya dalam Q.S. An-Nisa ayat 78:
اَيۡنَ مَا تَكُوۡنُوۡا يُدۡرِكْكُّمُ الۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنۡتُمۡ فِىۡ بُرُوۡجٍ مُّشَيَّدَةٍ ؕ وَاِنۡ تُصِبۡهُمۡ حَسَنَةٌ يَّقُوۡلُوۡا هٰذِهٖ مِنۡ عِنۡدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنۡ تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٌ يَّقُوۡلُوۡا هٰذِهٖ مِنۡ عِنۡدِكَ ؕ قُلۡ كُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰهِ ؕ فَمَالِ ھٰٓؤُلَۤاءِ الۡقَوۡمِ لَا يَكَادُوۡنَ يَفۡقَهُوۡنَ حَدِيۡثًا
Artinya: Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah", dan jika mereka ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, "Ini dari engkau (Muhammad)." Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?"