Menu


Larung Sembonyo, Tradisi Ucap Rasa Syukur Terhadap Hasil Laut di Trenggalek

Larung Sembonyo, Tradisi Ucap Rasa Syukur Terhadap Hasil Laut di Trenggalek

Kredit Foto: Wikimedia Commons/Mujiono Leo

Namun, ada syarat yang harus dipenuhi: ia harus menikahi Putri Gambar Inten, putri dari penguasa gaib tersebut. Pernikahan antara dunia manusia dan gaib terlaksana pada hari Senin Kliwon bulan Selo.

Berdasarkan sejarah ini, Larung Sembonyo menjadi perayaan syukur atas hasil laut yang melimpah dan keselamatan yang diberikan kepada masyarakat nelayan Prigi. Upacara ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga ungkapan hormat kepada leluhur dan mitos yang membentuk akar budaya masyarakat pantai Prigi.

Dalam pelaksanaannya, Larung Sembonyo menghadirkan gambaran mempelai tiruan yang terbuat dari tepung beras ketan, dipasangkan di atas perahu dengan peralatan satang. Selain itu, ada pula mempelai tiruan dari batang pisang yang dihias dengan bunga kenanga dan melati. 

Baca Juga: Mengenal Tari Reog Ponorogo yang Sudah Jadi Warisan Budaya Dunia

Upacara ini juga disertai dengan sesaji dan seserahan, menciptakan nuansa serupa upacara pernikahan adat Jawa. Pada zaman dahulu, Larung Sembonyo sempat terhenti akibat kondisi politik yang tidak menguntungkan. 

Namun, pada 1985, tradisi ini berhasil dihidupkan kembali dengan semangat baru. Kini, upacara ini telah menjadi agenda rutin di Trenggalek, didukung oleh pemerintah daerah untuk menjaga warisan budaya yang tak ternilai.

Secara keseluruhan, Larung Sembonyo bukan hanya upacara adat, melainkan juga cerminan makna dalam kehidupan masyarakat nelayan Prigi. Melalui perayaan ini, mereka menghormati leluhur, berterima kasih atas hasil laut, dan memupuk solidaritas di antara sesama.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Tampilkan Semua Halaman