Pada hari Kamis Kliwon, Ludrojoyo melakukan tirakat dengan merendam diri di dalam sendang. Namun, peristiwa misterius terjadi saat cahaya bulan tertutup awan dan suara ledakan menggema. Saat warga mendatangi sendang, Ludrojoyo menghilang, dan sendang ini berpindah posisi.
Untuk menghormati pengorbanan Ludrojoyo dan mengenang peristiwa tersebut, masyarakat Desa Tawun mengadakan tradisi Keduk Beji. Tradisi ini menjadi wujud penghargaan dan permohonan agar kekuatan mistis dalam sendang tetap berada di bawah kendali yang baik.
Pelaksanaan Tradisi Keduk Beji
Tradisi Keduk Beji berlangsung selama lima hari, dimulai dari Kamis Kliwon hingga Selasa Kliwon. Pada hari Kamis, diadakan upacara selamatan panggang tumpeng di rumah keturunan Tawun.
Pada Jumat Legi, seluruh masyarakat padukuhan berkumpul untuk selamatan bersama. Sabtu Pahing merupakan waktu untuk membersihkan lingkungan desa dengan acara Gugur Gunung. Pada hari Senin Wage, dilakukan pembuatan gunungan di halaman Sendang Beji dan mandi bersama.
Selasa Kliwon menjadi puncak acara dengan selamatan pagi dan pembersihan Sendang Beji. Ritual ini melibatkan mandi lumpur, penyilepan, dan pemberian sesaji sebagai ekspresi syukur dan penghormatan kepada sendang.
Dalam penyilepan, Juru Kunci atau keturunan sesepuh desa memainkan peran sentral. Ia menyelam ke dalam sendang dengan mengenakan pakaian kebesaran, membawa sesaji, dan meletakkannya di pusat sumber yang berada dalam gua. Ritual ini mencerminkan rasa hormat, keterhubungan dengan leluhur, dan rasa syukur atas berkah air.
Baca Juga: Pecel Lethok, Kuliner Lezat Khas Ngawi yang Disajikan Pakai Pincuk Daun Jati
Makna Filosofis dan Pengajaran
Tradisi Keduk Beji memiliki makna yang mendalam. Dari segi filosofis, ritual ini melambangkan rasa syukur dan keterhubungan manusia dengan alam serta leluhur. Dalam aspek sosiologis, tradisi ini memupuk solidaritas sosial dan interaksi antar masyarakat.
Nilai-nilai seperti kebersihan, peduli terhadap lingkungan, dan mempertahankan adat juga terkandung dalam tradisi ini.Tradisi Keduk Beji tidak hanya mengenang sejarah dan kearifan lokal, tetapi juga memastikan warisan budaya terus hidup dan diteruskan kepada generasi mendatang.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan