Menu


Kisah Hidup Patih Gajah Mada (Bag. 2): Sumpah Palapa yang Tersohor

Kisah Hidup Patih Gajah Mada (Bag. 2): Sumpah Palapa yang Tersohor

Kredit Foto: YouTube/Sarkub Channel

Konten Jatim, Depok -

Gajah Mada, yang juga dikenal dengan nama Jirnnodhara, adalah seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit, memainkan peran sentral dalam membawa kerajaan ini menuju puncak kejayaannya. 

Patih dari Kerajaan Majapahit ini dikenal dengan kemampuannya dalam berstrategi, berpolitik, dan kebijaksanaan dalam memerintah. Andilnya di Kerajaan Majapahit membuat mereka mampu mencapai era keemasan.

Salah satu hal yang dikenal dari Patih Gajah Mada adalah Sumpah Palapa yang diutarakannya untuk menyatukan kerajaan-kerajaan di seluruh Nusantara. Lantas, bagaimana awal mula sumpah tersebut diucapkan?

Baca Juga: Kisah Hidup Patih Gajah Mada (Bag. 1): Kelahiran, Kejayaan, dan Kematian

Sumpah Palapa

Menyadur Republika pada Selasa (22/8/2023), Diketahui sekitar tahun 1258 Saka (1336 M), sebuah upacara besar digelar di Balairung Kerajaan Majapahit. Raja Majapahit, Hayam Wuruk, duduk di singgasananya yang megah, ditemani oleh para petinggi kerajaan. 

Suasana gembira memenuhi ruangan karena hari itu merupakan pengangkatan Gajah Mada sebagai Mahapatih Kerajaan, atau yang dikenal dengan sebutan Patih Amangkubumi. Di tengah perayaan ini, Gajah Mada memiliki tugas penting: menyatakan ikrar kesetiaan kepada rajanya. 

Namun, ia tidak hanya menyampaikan pidato pengangkatan biasa. Gajah Mada memiliki sebuah sumpah yang istimewa dalam rencananya untuk memuliakan Kerajaan Majapahit. Sumpah tersebut adalah Sumpah Palapa.

Dalam sumpah ini, Gajah Mada berjanji untuk tidak menikmati "palapa," yang dalam konteks ini sering diartikan sebagai kenikmatan duniawi atau rempah-rempah, sebelum berhasil menaklukkan seluruh Nusantara. Isi lengkap sumpah ini adalah:

“Sira Gajah Mada Pepatih Amang kubumi tan ayun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, ring Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsung amukti Palapa.”

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman