Pentingnya ijma dalam Agama Islam terletak pada perannya sebagai sumber hukum yang mampu mengatasi permasalahan hukum yang tidak diatur secara langsung dalam Al-Qur'an atau sunnah. Dalam situasi di mana dalil tidak cukup jelas atau ada perbedaan dalam interpretasinya, Ijma menjadi panduan yang dapat memberikan kepastian hukum kepada umat Islam.
Ijma juga mencerminkan nilai-nilai kolaborasi dan konsensus dalam masyarakat Islam. Konsep ini menunjukkan pentingnya kesatuan pandangan dalam mengambil keputusan hukum, sehingga mendorong pengembangan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap syariat Islam.
Baca Juga: Pengertian Kiamat dalam Islam: Arti, Makna, Tanda, dan Jenisnya
Unsur-Unsur Ijma
Dalam menentukan suatu hukum melalui ijma, terdapat beberapa unsur penting yang harus dipenuhi oleh para Mujtahid yaitu:
1. Kesepakatan Seluruh Mujtahid
Ijma hanya sah jika semua ulama atau mujtahid yang memiliki kualifikasi setuju pada suatu hukum tertentu. Kesepakatan sebagian ulama saja tidak dapat dianggap sebagai Ijma yang mengikat.
2. Klarifikasi Kesepakatan
Kesepakatan tersebut harus dinyatakan dengan jelas, baik melalui tulisan maupun pernyataan resmi dari Mujtahid.
Baca Juga: Pengertian Karamah dalam Islam: Arti, Etimologi dan Maknanya
3. Terjadi Setelah Wafat Rasulullah SAW
Ijma hanya sah jika terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Kesepakatan yang terjadi pada masa hidup Nabi tidak termasuk dalam konsep Ijma.
4. Menyangkut Hukum Syara'
Kesepakatan yang dibahas harus berkaitan dengan hukum syara' atau permasalahan keagamaan, tidak boleh di luar topik terkait.