Menu


Mengenal Raja Gajayana, Raja Terbesar Kerajaan Kanjuruhan

Mengenal Raja Gajayana, Raja Terbesar Kerajaan Kanjuruhan

Kredit Foto: Museum Nasional Indonesia

Konten Jatim, Depok -

Sebelum terbentuk kerajaan-kerajaan besar bercorak Hindu-Budha di Jawa Timur, terdapat satu kerajaan bersahaja yang sempat mencapai puncak kejayaan dan pada akhirnya menjadi prototipe dari Provinsi Jawa Timur di era sekarang.

Kerajaan yang dimaksud adalah Kerajaan Kanjuruhan. Berpusat di sekitar Kota Malang, kerajaan ini adalah kerajaan tertua di Jawa Timur. Usia Kerajaan Kanjuruhan bahkan diperikirakan sama dengan Kerajaan Tarumanegara.

Masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan sendiri datang di era Raja Gajayana, sosok yang dikenal berwibawa, tegas, dan berperikemanusiaan oleh masyarakatnya.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Kanjuruhan: Pembangunan, Masa Keemasan, dan Keruntuhan

Sosok Raja Gajayana

Menyadur beberapa sumber pada Rabu (16/8/2023), Sosok Gajayana, atau dengan gelar penuhnya Gajayanalingga Jagatnata, dikenal sebagai raja yang berdaulat dan bijaksana, membawa damai dan keharmonisan yang melingkupi negeri.

Gajayana memimpin dengan tangan bijaksana selama 29 tahun, dari tahun 760 hingga 789 Masehi. Dalam masa kejayaannya, Gajayana menjalin ikatan suci dengan Dewi Setrawati, putri bangsa pribumi desa Kanjuruhan. 

Tidak sekadar itu, Gajayana memutuskan untuk mendirikan istana di desa itu, membawa pusat pemerintahan secara resmi berpindah ke Kanjuruhan. Keluarga yang ditinggalkan oleh Gajayana juga membekas dalam sejarah.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Majapahit (Bag. 3): Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Putrinya, Satya Dharmika, menapaki jalan pernikahan dengan Dyah Sangkhara, yang juga dikenal sebagai Rakai Panangkaran Sri Maharaja Tejahpurnapana Panangkarana, raja Mataram di Jawa Tengah pada masa itu (754-782). 

Dari simpul pernikahan ini, lahir seorang putra bernama dyah Panunggalan. Nama nobatnya, Rakai Panunggalan Bhima Parakrama Lingga Pawitra Jawa Bhumandala, mencirikan perannya sebagai pemersatu. 

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman