Menu


Sejarah Kerajaan Kanjuruhan: Pembangunan, Masa Keemasan, dan Keruntuhan

Sejarah Kerajaan Kanjuruhan: Pembangunan, Masa Keemasan, dan Keruntuhan

Kredit Foto: Republika/Wilda Fizriyani

Masa Kejayaan

Masa kepemimpinan Raja Gajayana menggambarkan puncak kejayaan Kerajaan Kanjuruhan. Di bawah tuntunannya, kerajaan ini berkembang pesat dan mencapai puncak keemasannya.  Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Malang, termasuk lereng timur dan barat Gunung Kawi.

Bahkan, ekspansinya mencapai pantai utara dan selatan Pulau Jawa, serta Pegunungan Tengger Semeru di sebelah barat. Sang Raja Gajayana terkenal akan keadilannya dan tindakan tegas terhadap pelanggaran hukum.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Singasari (Bag.1): Sejarah Berdirinya Kerajaan Singasari

Kerajaan Kanjuruhan mengalami kemajuan signifikan dalam banyak bidang, termasuk pemerintahan, sosial, ekonomi, serta seni budaya. Gajayana juga membangun tempat suci yang megah untuk menghormati Resi Agastya, serta menghadirkan arca Resi Agastya yang indah dari batu hitam.

Keruntuhan dan Peninggalan

Namun, seperti banyak peradaban, masa kejayaan Kerajaan Kanjuruhan tidak berlangsung selamanya. Pada awal abad ke-10, Kerajaan Mataram Kuno meluaskan dominasinya, mencakup Kerajaan Kanjuruhan. Meskipun tanpa pertempuran yang mencolok, Kerajaan Kanjuruhan akhirnya berada di bawah pemerintahan Kerajaan Mataram.

Peninggalan berharga Kerajaan Kanjuruhan masih dapat ditemukan hingga hari ini. Candi Badut atau Candi Liswa, terletak di Desa Karangbesuki, menjadi saksi bisu dari keagungan peradaban ini. Candi ini, ditemukan pada tahun 1923, adalah candi tertua di Jawa Timur dan mengandung banyak cerita yang belum terungkap sepenuhnya.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Singasari (Bag.2): Masa Kejayaan Kerajaan Singasari

Selain itu, Candi Karangbesuki atau Candi Gasek, di Dusun Gasek, merupakan bukti lain dari kejayaan Kerajaan Kanjuruhan. Meskipun hanya meninggalkan pondasi, candi ini tetap mengesankan dengan sejarahnya yang mendalam. Dari candi-candi inilah asal muasal arca Agastya, karya seni Hindu yang kini ditempatkan di Museum Mpu Purwa Kota Malang.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman