Pengamat politik dan akademisi, Rocky Gerung memberi penjelasan soal makna kata 'b*j*ngan' yang dilontarkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal tersebut disampaikannya ketika menjadi salah satu narasumber di UMS saat acara Mimbar Mahasiswa Cipta, Rasa Karsa Pendidikan Indonesia, Rabu (2/8/2023).
Dalam paparannya, Rocky sempat memberikan contoh, yakni ketika dia menceritakan pertemuannya dengan petani sawit dari Sumatra yang terpaksa memulangkan anaknya karena harga sawit anjlok.
Baca Juga: Bandingkan dengan SBY, Mahfud MD Sebut Jokowi Tak Mau Polisikan Rocky Gerung
"Saya kasih contoh mikro supaya bisa nangkap nuansa pemikiran kita. Suatu waktu saya tiba di Banyuwangi mau kasih kuliah di Jember. Seorang ayah mencegat saya di depan toilet, 'Pak Rocky, sebentar, saya (petani) mau bicara sesuatu,'" kata Rocky, Rabu (2/8/2023).
"Saya dari Sumatra mesti ke Jember karena dua anak saya kuliah di Jember, tapi saya mesti bawa pulang salah satu anak saya. Akhirnya dia bilang saya mengirim dua anak saya ke Jember karena saya mendengar keterangan Pak Jokowi yang mengatakan bahwa harga sawit akan stabil, saya petani kecil petani sawit," katanya menambahkan.
Rocky mengatakan bahwa dari keterangan petani tersebut waktu dia membuat rencana harga sawit di kisaran 2.500 rupiah per kg. Namun, ketika bertemu dengannya harga sawit anjlok jadi 900 rupiah per kg.
"Waktu dia bikin perencanaan untuk menyekolahkan dua anaknya itu, dia tahu anaknya akan lulus lima tahun lagi ketika harga sawit itu 2.500. Karena dia bikin perencanaan keluarga berdasarkan pernyataan Presiden. Itu Presiden yang janjikan, ternyata drop. Mengapa tadi dia mengalami kecemasan eksistensial? Dia nggak mungkin memikirkan apa itu global market. Tapi dia pegang janji Presiden. Presiden janjikan itu. Ternyata drop harga sawit itu," katanya.
"Anda lihat kebijakan negara mempengaruhi psikologis keluarga. Kecemasan itu tiba di bandara kira-kira dua jam untuk pergi ke Jember, jadi bayangkan hubungan antara public policy dengan psikologi keluarga, saya mau menganalisis sampai di situ, yang bikin bapak ini susah namanya b*j*ngan. Habis, mau bilang apa istilahnya?" katanya menambahkan.
Selanjutnya, pihaknya juga sempat mencontohkan perbandingan jika hal tersebut terjadi di Eropa. Ia mengatakan misalnya harga tomat naik dua sen, maka perdana menterinya akan jatuh.
"Kalau kita pakai parameter itu, Pak Jokowi mestinya sudah jatuh karena dia gagal atau, dalam bahasa tadi, dia berbohong terhadap kebijakan. Ya bohong dong, dia bilang akan stabil tapi ternyata turun. Kan itu yang kita maksud tadi," katanya.
Rocky juga sempat mengatakan apa arti kata menurutnya soal b*j*ngan yang disematkan dirinya kepada Presiden Jokowi.
"Yang dalam bahasa Jawa manusia yang disayang oleh tuhan, baguse jiwo angen angenan pangeran, disingkat jadi b*j*ngan, b*j*ngan yang di dalam antropologi kita yang dikenal sebagai kusir dokar," katanya.
"Jadi kusir dokar itu disebut b*j*ngan karena dia berbuat baik kepada manusia karena itu disayang Tuhan. Perang kemerdekaan si b*j*ngan itu menyembunyikan pejuang kita di bawah jerami, tapi kita bicara tentang b*j*ngan yang punya kewenangan untuk menentukan masa depan kemakmuran negeri kita kan itu beda konteks itu," katanya.
Namun Rocky menyebut lontaran kata yang ia pakai itu menurutnya wajar. Ia mengungkap penggambarannya yang spesifik pada kata 'b*j*ngan' merupakan kritikan dari warga negara kepada pimpinannya.
"Saya nggak bisa bertengkar dengan konseptual lagi karena saya pakai istilah b*j*ngan yang dimaksudkan untuk menegur tapi kenapa saya diomelin, karena saya dianggap mengkritik atau bahkan menghina presiden," katanya.
"Hal yang biasa itu. Ucapan yang dibutuhkan oleh oposisi adalah ucapan secara jujur. Saya ucapkan secara jujur. Jadi apa yang diperkarakan kepada saya? Yang terjadi justru negara memanfaatkan kejengkelan publik yang dibuat-buat," tutur Rocky.
Menurut Rocky, presiden secara konstitusi diwajibkan dua hal untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan pelihara fakir miskin. Namun, ia menilai presiden gagal pada hal tersebut.
Baca Juga: Rocky Gerung Dinilai Hina Jokowi, Rudi S Kamri: Untuk Apa Budayakan Kalimat-kalimat Kotor
"Tapi ini kita bicara b*j*ngan yang menentukan presiden diwajibkan konstitusi untuk hanya membuat dua program. Ini perintah konstitusi itu (yaitu) cerdaskan kehidupan bangsa, (dan) pelihara fakir miskin. IQ nasional kita tinggal 70 hari ini, drop terus. Artinya presiden gagal mencerdaskan kehidupan bangsa, ya b*j*ngan namanya itu, walaupun dilindungi Tuhan," katanya.
Pihaknya juga sempat menyoroti soal Presiden Jokowi yang terus mengejar proyek IKN.
"Dia gagal mencerdaskan bangsa, dia berbohong pada janji dia terhadap konstitusi. Dia gagal memelihara fakir miskin itu yang berlangsung. Daya beli kita habis. Tapi IKN masih mau diteruskan, kenapa enggak hemat. Kenapa IKN ndak pindah menjadi protein buat rahim ibu-ibu yang potensial mengalami stunting?," katanya.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO