"Secara historis (memindahkan makam) itu sudah biasa itu, memulangkan kembali. Misalnya, Syekh Yusuf itu yang di Afrika Selatan itu, itu ternyata para pengikutnya di sana di Afrika Selatan itu tidak rela juga. Sehingga untuk agar keramat yang ada di Afrika Selatan itu, itu bisa tetap dipertahankan, maka waktu itu kemudian disisakan kelingking jarinya Syekh Yusuf ditinggalkan di sana," ujarnya.
"Jadi tidak semua tubuhnya dibawa, tapi ada tulang-jari kelingkingnya itu ditinggalkan di sana agar tetap bisa dianggap sebagai keramat dan makam di sana sebagai penghormatan," kata dia menambahkan.
Selain itu Margana mengungkapkan makam Hamengkubuwono VI juga pernah dipindahkan dari Ambon ke Kompleks Pemakaman Raja Imogiri, Bantul. Meski tidak ada lagi jasadnya, namun bekas makam Hamengkubuwono VI di Ambon masih tetap dirawat oleh keluarganya hingga saat ini.
"Yang di Ambon itu Pak HB VI itu kan diam-diam mendukung Pangeran Diponegoro juga. Nah, di sana itu kuburannya masih dirawat oleh keluarga Pangeran Diponegoro yang di Ambon itu. Persis di depan rumah dari seorang keluarga pangeran diponegoro yang di Ambon," katanya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024