"Sebaliknya, koalisi yang tidak diikuti visi dan misi yang jelas, serta lebih didasarkan pada kalkulasi kepentingan pragmatis cenderung rapuh," ujar Khoirul.
Meski begitu, di sisi lain sebagian masyarakat yakini soliditas koalisi keberlanjutan dan koalisi perubahan dipengaruhi relasi kuasa. Menurutnya, restu Presiden Jokowi cukup menentukan pembentukan formasi masing-masing.
Ini pula yang sempat memunculkan kontroversi cawe-cawe Presiden Jokowi dalam mengorkestrasi koalisi menuju kontestasi 2024. Sekalipun, Jokowi mengklarifikasi cawe-cawe yang dimaksud bukan intervensi kekuasaan.
"Namun, dukungan Jokowi masih dianggap sebagai variabel yang perlu dihitung dalam konstelasi politik ke depan," pungkas Khoirul.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan