Di ranah politik, Yenny pernah menjabat menjadi sekretaris jenderal sebelum akhirnya berhenti pada 2008. Yenny sempat mendirikan partai bernama Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) yang sempat mengikuti Pemilihan Umum (Pemilu) 2009.
Tidak berbeda jauh dengan sang ayah, Yenny Wahid memiliki pandangan yang progresif dalam menjaga kebebasan beragama, hak asasi manusia, kesetaraan gender dan mempromosikan dialog antar agama.
Baca Juga: Jika Anies Pilih Yenny Wahid Jadi Cawapres, Pengamat Prediksi Demokrat Bakal Lakukan Ini
Jadi Cawapres Anies
Sempat ada selisih paham antara anggota Koalisi Perubahan soal kemungkinan Yenny Wahid menjadi salah satu cawapres mendampingi Anies Baswedan. Namun, pemilihan Yenny Wahid sebagai sosok cawapres bukan tanpa alasan.
Seperti yang sudah dituliskan di atas, pendiri dari The Wahid Institute, lembaga yang mengusung pemikiran Islam moderat ini, memang sudah lama dikenal sebagai orang yang menjunjung tinggi kebebasan dalam berpikir dan beragama serta pluralisme.
Baca Juga: Masuk Bursa Cawapres Anies Baswedan, Khofifah dan Yenny Wahid Sama-sama Punya Basis Massa di Jatim
Ini dianggap bisa menjadi keuntungan bagi Anies, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang “mendukung politik identitas”. Banyak yang menganggap julukan tersebut akan hilang jika Yenny Wahid menjadi cawapresnya di Pilpres 2024.
Meskipun begitu, ada pekerjaan rumah berat jika Yenny Wahid menjadi cawapres Anies, yakni elektabilitasnya yang terbilang rendah jika dibandingkan nama-nama cawapres lain. Pemilihan Yenny Wahid tidak dianggap mampu mendongkrak nama Anies.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan