Menu


Asal Usul Perayaan Idul Adha: Berawal dari Nabi Ibrahim dan Ismail

Asal Usul Perayaan Idul Adha: Berawal dari Nabi Ibrahim dan Ismail

Kredit Foto: Unsplash/Godwin Bephin

Konten Jatim, Depok -

Idul Adha, juga dikenal sebagai Hari Raya Haji, adalah salah satu perayaan penting dalam agama Islam yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah, bulan terakhir dalam kalender Hijriyah. Perayaan ini memiliki makna dan pengertian yang kaya dalam konteks keagamaan, sejarah dan sosial.

Secara harfiah, Idul Adha berarti "Hari Raya Kurban" atau "Hari Raya Pengorbanan". Salah satu aktivitas yang terkait dengan Idul Adha adalah kurban hewan. Dalam perayaan ini, umat Islam yang mampu dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban, seperti domba, sapi, atau kambing. 

Asal-usul perayaan Idul Adha sendiri bermula dari kisah Nabi Ibrahim yang harus menyembelih sang anak, Ismail karena perintah Allah SWT. Berikut penjelasan lengkapnya mengutip situs Islamic Finder pada Selasa (27/6/2023).

Baca Juga: Pengertian Idul Adha dalam Agama Islam: Bukan Hanya Sekadar Kurban

Asal Usul Perayaan Idul Adha

Di antara nabi dan rasul lain, disebutkan bahwa Nabi Ibrahim adalah seorang nabi yang diberikan ujian berat oleh Allah SWT. Kendati demikian, Nabi Ibrahim adalah seorang nabi yang dikenal karena keimanannya yang kuat kepada Allah SWT dan ketundukannya yang mendalam. 

Dalam mimpinya, Allah SWT memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putranya, Ismail, sebagai tanda kesetiaan dan ketundukan yang mutlak kepada-Nya.

Saat Nabi Ibrahim menceritakan mimpinya kepada Ismail, Ismail yang juga seorang nabi muda dengan rendah hati menerima perintah tersebut dan bersedia dikorbankan sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Mereka berdua mempersiapkan diri untuk melaksanakan perintah itu.

Baca Juga: Bagaimana Awal Nabi Ibrahim Bertemu dengan Siti Hajar? Ini Penjelasan Ustaz Khalid Basalamah

Ketika Nabi Ibrahim dan Ismail berjalan menuju tempat penyembelihan, syaitan mencoba menggoda mereka agar menaruh keraguan dalam hati mereka. Berbagai upaya dilakukan demi menghalangi mereka agar tidak melaksanakan perintah Allah yang berat itu. 

Sempat ada keraguan muncul dari diri Nabi Ibrahim. Namun, setelah diyakinkan oleh sang anak, Nabi Ibrahim dan Ismail menolak bisikan syaitan dan tetap teguh dalam keimanannya kepada Allah SWT.

Tampilkan Semua Halaman