Belum lagi, di Jawa Tengah merupakan kandang PDIP dan basis suara pemilih PDIP sangat kuat di Jawa Tengah.
"Kalau di Jateng kan pasti teratas, kalau di Jakarta Gibran itu tidak masuk dalam enam besar, baru masuk misal tujuh besar ke bawah, ini tentu karena publik masih melihat Gibran itu sebagai sosok yang terkonfirmasi akan maju di Jateng ketimbang di Jakarta," jelasnya.
Berdasarkan temuan survei, dalam skenario 11 tokoh elektabilitas tertutup, Gibran unggul 45 persen jauh di atas posisi kedua Taj Yasin dengan 5,8 persen. Begitu juga skenario tiga tokoh anak sulung Presiden Joko Widodo itu meraih suara 52,8 persen dibandingkan Taj Yasin di urutan kedua dengan 14,3 persen dan Hendrar Prihadi hanya 6,2 persen.
Adi Prayitno menyampaikan alasan elektabilitas Gibran unggul jauh dibandingkan nama pesaingnya, salah satunya emiliki tingkat keterkenalan tinggi di masyarakat Jateng yakni mencapai 77 persen.
"Kalau di Jateng itu faktor terkenalnya. Karena masyarakat Jateng itu akan memilih calon gubernur yang mereka kenali," kata Adi.
Dari data tersebut, Adi menilai peluang Gibran menang Pilkada Jateng 2024 mendatang sangat besar.
"Data ini menunjukan bahwa potensi Gibran untuk jadi Jateng 1 sangatlah besar, sehingga sayang untuk dilewatkan atau dikorbankan demi menjadi wakil presiden atau Gubernur DKI yang potensi kemenangannya tidak sebesar calon gubernur Jateng," pungkasnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024