Menu


Menelisik Sejarah Masjid Agung Bangkalan yang Panjang nan Kaya

Menelisik Sejarah Masjid Agung Bangkalan yang Panjang nan Kaya

Kredit Foto: Google Maps

Konten Jatim, Depok -

Masjid Agung Bangkalan adalah salah satu masjid terbesar dan tertua yang terletak di Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur. Masjid ini merupakan salah satu ikon utama dan juga pusat kegiatan keagamaan di Bangkalan. 

Keberadaan Masjid Agung Bangkalan ini memiliki beragam kegunaan selain hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan, mulai dari keperluan pendidikan sampai dengan wisata religi. Masjid Agung Bangkalan ini sudah menjadi penopang bagi masyarakat Bangkalan yang lekat dengan Agama Islam.

Adapun sejarah Masjid Agung Bangkalan yang panjang namun sarat akan informasi. Berikut pembahasannya merangkum informasi dari situs resmi Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Jumat (16/6/2023).

Baca Juga: Ingin Wisata Religi di Madura? Masjid Agung Bangkalan Jawabannya

Sejarah Masjid Agung Bangkalan

Perlu diketahui bahwa pembangunan Masjid Agung Bangkalan sudah dilangsungkan sejak abad ke-18. Sejarahnya panjang, melewati berbagai era di Indonesia serta melibatkan banyak pihak, khususnya tokoh-tokoh Bangkalan di masa lampau.

Masjid Agung Kota Bangkalan memiliki keterkaitan erat dengan sejarah perpindahan pusat pemerintahan kerajaan di Madura.  Pangeran Tjakraadiningrat ke IV, yang memerintah pada tahun 1718 hingga 1745, ditangkap dan dibuang ke Desa Kraton Bangkalan. 

Di tempat ini, didirikan tiga bangunan utama, yaitu Kraton, Paseban, dan masjid. Setelah Pangeran Tjakraadiningrat ke V dan VI memerintah, penggantinya, Sultan Bangkalan I, mengubah masjid tersebut menjadi tempat ibadah umum pada tahun 1819.

Baca Juga: Topak Ladeh, Makanan Khas Lebaran Orang Bangkalan

Kemudian, Masjid Jami Kota Bangkalan dibangun oleh Panembahan Sidomukti dan diwakafkan oleh Sultan R. Abd. Kadirun. Pada tahun 1885, status pemerintahan berubah menjadi Kadipaten, dan masjid mengalami pemugaran pada tahun 1899-1900. 

Gempa bumi pada tahun 1950 menyebabkan kerusakan berat pada masjid, yang kemudian diperbaiki oleh Bupati Tjakraningrat. Pada tahun 1965, rencana perluasan masjid muncul karena keterbatasan kapasitas untuk menampung jemaah, terutama saat Salat Jum'at dan Idulfitri.

Di bawah kepemimpinan Bupati HJ. Sujaki, sebuah Panitia Pembangunan dan Perluasan Masjid Jami Kota Bangkalan dibentuk. Namun, proyek ini mengalami keterlambatan hingga Bupati Drs. Soemarwoto mengambil kebijakan untuk merevisi desain masjid. 

Selanjutnya, Bupati Abd. Kadir melanjutkan tahap ke IV dan V pembangunan masjid tersebut. Pekerjaan tahap ke V dimulai pada tahun 1989, tetapi terhambat karena keterbatasan dana. 

Baca Juga: Nongkrong di Alun-Alun Bangkalan yang Sejuk dan Rapi

Drs. H. Hoesein Soeropranoto, Ketua Yayasan Ta'mirul Masjid Jami Kota Bangkalan, diberi mandat penuh untuk mengumpulkan dana. Pada tanggal 28 Oktober 1990, pekerjaan pemugaran dimulai dan selesai lebih cepat dari yang direncanakan.

Pemugaran Masjid Jami dilakukan untuk melestarikan bangunan bersejarah dan memenuhi kebutuhan umat Muslim di Bangkalan. Sultan R. Abd. Kadirun terkenal sebagai sultan yang kuat dan alim dalam ilmu agama. 

Baca Juga: Akses ke Lokasi Alun-Alun Bangkalan: Gratis, Bisa Kapan Saja!

Dalam pemugaran masjid, terdapat cerita tentang kayu jati yang menjadi tiang agung masjid. Awalnya hanya tersedia tiga batang kayu dengan ukuran yang tepat, tetapi kemudian seorang ulama, K. Nalaguna atau Empu Brojoguno, dengan keajaiban dan karomahnya membuat kayu keempat yang sesuai dan memadai.

Kisah ini menjadi bagian dari legenda dan cerita rakyat di Bangkalan, yang menunjukkan pentingnya peran masjid dalam sejarah dan kehidupan masyarakat setempat.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024