Menu


Jokowi Sebut Kepemimpinan Bukan 'Meteran Pompa Bensin', Sindir Anies Baswedan?

Jokowi Sebut Kepemimpinan Bukan 'Meteran Pompa Bensin', Sindir Anies Baswedan?

Kredit Foto: Antara/Muchlis Jr - Biro Pers Setpres/hma

Konten Jatim, Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa kepemimpinan itu seperti tongkat estafet, dan bukan meteran pompa bensin yang selalu dimulai dari angka nol.

Sebelumnya, bakal calon presiden (bacapres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan menyatakan bahwa dirinya tidak akan mau melanjutkan semua program yang sudah dijalankan oleh Presiden Joko Widodo selama ini.

Sebab, pemilu nanti bukan ajang untuk memberikan garansi meneruskan kinerja pemerintahan periode 2029-2024.

Baca Juga: MK Resmi Putuskan Sistem Pemilu Tetap Terbuka, Loyalis Jokowi: Tudingan Denny Indrayana Hoax

Sementara Jokowi menekankan pentingnya keberlanjutan dan kesinambungan dalam menjalankan kepemimpinan sebuah negara. Terutama untuk mencapai visi dan mimpi besar bangsa Indonesia.

"Kepemimpinan itu ibarat tongkat estafet, bukan meteran pom bensin (stasiun pengisian bahan bakar, red). Kalau meteran pom bensin mulai dari nol ya, apakah kita mau begitu? Ndak kan. Masak kaya meteran pom bensin," kata Jokowi di Jakarta, Kamis (15/6).

Dia menyampaikan hal itu saat memberi arahan dalam peluncuran rancangan akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas).

Jokowi menekankan, jika ingin mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, maka kepemimpinan berkelanjutan dan berkesinambungan merupakan aspek penting.

"Mestinya, kalau sudah dari TK, SD, SMP; maka kepemimpinan berikutnya masuk SMA, (lalu) universitas, nanti berikutnya S2, S3. Tidak maju mundur, (seperti tarian) poco poco," kata Jokowi yang disambut gelak tawa hadirin acara tersebut.

Selain keberlanjutan yang ditopang kepemimpinan, Jokowi juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045. Menurut dia, tidak ada satu negara pun yang bisa mencapai kemakmuran ketika stabilitasnya tidak terjaga.

"Tidak ada satu negara pun yang berhasil mencapai kemakmuran saat kondisinya tidak stabil, saat negaranya terpecah, yang berkonflik, kisruh terus; enggak akan mencapai kemakmuran," jelasnya.

Secara umum, dia juga memuji rancangan akhir RPJPN 2025-2045 yang disusun Kementerian PPN/Bappenas. Jokowi menilai rancangan itu ringkas, langsung mengenai sasaran, serta taktis baik secara rencana, visi, maupun strategi.

"Untuk membawa kapal Indonesia menggapai cita-cita Indonesia Emas 2045, menjadi lima besar ekonomi dunia," tambahnya.

Selain itu, Indonesia Emas 2045 juga mengusung proyeksi pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita yang mencapai 23.000-30.300 dolar AS setelah perhitungan PNB per kapita 5.030 dolar AS pada 2023. Indonesia Emas 2045 juga harus memangkas tingkat kemiskinan menjadi 0,5-0,8 persen.

Baca Juga: Tanggapan Jokowi soal Kabar Mentan Syahrul Yasin Limpo Jadi Tersangka Korupsi: Makanya Hati-hati Kelola Duit Negara

"Sekarang ini, meski sudah single digit di angka 5,7 persen; tapi masih tetap tinggi dan di tahun 2045 diperkirakan kemiskinan 0,5-0,8 persen," ujar Jokowi.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Fajar.