Menu


Wabah Narkoba Zombie di Amerika Serikat: Sudah Masuk Indonesia?

Wabah Narkoba Zombie di Amerika Serikat: Sudah Masuk Indonesia?

Kredit Foto: YouTube/Sky News

Konten Jatim, Depok -

Masyarakat dunia tengah dihebohkan dengan pemandangan bak film horor zombie yang tengah berlangsung di Amerika Serikat. Banyak video di media sosial atau portal berita yang menunjukkan orang-orang tengah tidak sadarkan diri di tengah jalan layaknya zombie.

Perilaku bak zombie ini disebabkan karena sebuah narkoba yang penyebarannya meluas dan tidak dapat dikontrol oleh pemerintah. Lebih buruk, bahkan penggunaan narkoba ini dikabarkan sudah menyebar ke luar Amerika Serikat dan dipakai di beberapa negara lain

Bagaimana awal mulanya wabah “narkoba zombie” di Amerika Serikat ini terjadi? Apakah akan berpengaruh terhadap Indonesia? Berikut informasinya menyadur portal berita Newsweek pada Rabu (31/5/2023).

Baca Juga: Wacana Pasangan Airlangga-Zulhas akan Dibahas Lebih Dalam Setelah Kembali dari Amerika 

Narkoba Zombie di Amerika Serikat

Jenis Narkoba yang Dipakai

Diketahui jenis narkoba ini memiliki sejumlah nama. Dalam bahasa kekinian, narkoba tersebut memiliki nama “tranq” atau “flakka”. Namun, nama resmi dari narkoba ini adalah xylazine atau “silazin” dalam Bahasa Indonesia. Narkoba ini memberi dampak yang mengerikan bagi tubuh.

Silazin dapat menyebabkan pernapasan dan detak jantung yang sangat lambat. Yang mengerikan, narkoba ini bisa dianggap sebagai “pemakan daging”. Kemampuan ini diyakini muncul dari penyempitan pembuluh darah dan berkurangnya oksigenasi kulit yang mengendap pada penggunaan berulang.

Baca Juga: KPU Siap Selidiki Aliran Dana Pemilu 2024 yang Datang Dari Peredaran Narkoba

Ini menyebabkan abses di bawah kulit, yang kemudian perlahan naik ke permukaan. Dijelaskan kalau salah satu aspek obat yang paling menakutkan adalah potensi luka yang sangat menyakitkan dan signifikan dan tidak umum dilihat oleh beberapa klinik pengobatan jalanan.

Sudah sejak lama silazin menyebabkan masalah bagi Amerika Serikat (AS). Namun, penggunaannya akhir-akhir ini meningkat secara drastis dan semakin signifikan bagi masyarakat sana.

Penggunaannya Meningkat

Dari berbagai sumber, AS merupakan salah satu negara yang memiliki masalah terhadap narkoba. Namun, tidak dapat dipungkiri kalau narkoba silazin ini menyebabkan masalah yang jauh lebih besar dibandingkan narkoba pada umumnya.

Penyebaran silazin yang meluas dengan cepat disebabkan karena harganya yang murah. Silazin tersedia secara luas secara online untuk penggunaan hewan, tetap banyak juga yang menjual secara ilegal untuk dipakai, terutama oleh pemasok dari Tiongkok. 

Redaksi newsweek menyebut kalau mereka pernah melihat sekilogram silazin yang dijual oleh vendor Tiongkok dengan harga USD 10 atau sekitar Rp140 ribu saja. Harga tersebut luar biasa murah sehingga pemakainya semakin hari semakin banyak.

Pemakaian silazin sebagian berasal dari penggunaannya sebagai narkoba dengan harga murah dibandingkan obat-obatan jenis lain. Silazin bahkan dikabarkan sering terdeteksi dicampur dengan heroin dan fentanil, jenis narkoba berbahaya lain. Pencampuran ini tentunya bisa menghasilkan efek lebih buruk bagi tubuh.

Baca Juga: Selain Ammar Zoni, Ini Sederet Kasus Narkoba di ‘Sarang’ Kampung Boncos

Dan narkoba jenis tranq ini merupakan bentuk dari pencampuran silazin dengan fentanil. Tranq sendiri merupakan singkatan dari “tranquillizer” atau “penenang”, yang sesuai dengan namanya, ditujukan untuk menenangkan pemakainya. Sayang, dosis terlalu banyak akhirnya membuat mereka dalam keadaan buruk.

Tetapi alasan lain mengapa silazin menjadi terkenal dalam beberapa tahun terakhir adalah betapa mudahnya bagi narkoba jenis ini untuk masuk ke AS. Kali pertama silazin diamati digunakan untuk konsumsi manusia terjadi di Puerto Rico pada awal 2000-an. 

Namun, karena pemakainya semakin banyak serta ada faktor kelalaian terkait informasi soal benda ini menjadi narkoba, ketersediaan silazin melalui internet tanpa pemeriksaan semakin mendorong penjualannya di AS.

Baca Juga: Kuasa Hukum Irjen Teddy Minaha Bantah Kliennya Sama Sekali Tidak Menggunakan Narkoba, Begini Penjelasannya

Data dari Administrasi Pemberantasan Narkoba AS (DEA), disebutkan pemakaian silazin telah meningkat tajam di seluruh AS dalam beberapa tahun terakhir, dengan semua wilayah mengalami peningkatan. 

Wilayah AS bagian Selatan menemukan ada peningkatan terbesar dalam obat yang diamati, dari 193 persen antara tahun 2020 dan 2021. Parahnya,  wilayah tersebut juga mengalami peningkatan terbesar dalam kematian overdosis terkait silazin, yakni sebesar 1.127 persen.

Penggunaan di Luar AS

Penggunaan narkoba jenis silazin ini tidak hanya terjadi di AS saja. Belum lama ini, beredar pula narkoba dengan nama “flakka” yang penggunaannya tersebar di Filipina. Narkoba ini pada dasarnya efeknya sama dengan silazin meskipun bahan dan cara pembuatannya berbeda.

Flakka sendiri bukan narkoba yang asing bagi Indonesia. Sempat terjadi pada pertengahan 2017-an di mana peredaran flakka beredar cukup masif, sampai-sampai masuk pemberitaan. 

Baca Juga: Ternyata Ini Awal Mula Irjen Teddy Minahasa Bisa Terseret Kasus Pengedaran Narkoba

Maraknya flakka pada saat itu membuat beberapa penggunanya beraksi layaknya zombie. Mereka juga sempat mendapatkan perawatan ekstensif dari rumah sakit. Dan hingga sekarang, peredarannya disebutkan masih ada meskipun kini, dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Sudah Masuk Indonesia?

Meskipun flakka dikabarkan memang masih beredar di Indonesia, informasi dari Bareskrim Polri menyebut kalau sampai artikel dipublikasikan kalau obat tranq yang sedang marak di AS ini belum masuk ke Indonesia, sehingga masih aman.

Baca Juga: KPU Siap Selidiki Aliran Dana Pemilu 2024 yang Datang Dari Peredaran Narkoba

Meskipun begitu, Bareskrim Polri enggan untuk “kecolongan”. Mereka berjanji untuk memantau peredaran narkoba berbahaya ini secara seksama karena dampaknya bisa sangat berbahaya jika ada masyarakat yang terekspos narkoba jenis ini.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024