"Hantu itu mungkin bernama Anies Baswedan atau mungkin juga yang lain tapi komitmen Jokowi untuk ikut cawe-cawe dan komitmennya untuk tidak akan netral adalah konfirmasi atas ketakutannya pada hantu yang dibuatnya sendiri dalam pikirannya," katanya.
Dilanjutkan Ramli, jika yang dimaksud hantu itu adalah Anies Baswedan maka sesunggunya Anies sudah menunjukkannya saat memimpin DKI, tak ada yang perlu ditakuti sama Anies selama sesuai dengan aturan dan kepatutan yang ada.
Baca Juga: Demokrat: Pastikan Pemilu Luber Jurdil Itu Bukan Cawe-Cawe, Itu Tugas Presiden!
Keempat, Jokowi akan mengalami post power sindrome akut. Pernyataan terbuka Presiden Jokowi untuk tidak netral tampaknya membuat publik mengambil kesimpulan bahwa Jokowi ketakutan dan akan mengalami post power sindrom akut.
"Jokowi tak ingin mengalami itu sehingga dirinya merasa harus ikut cawe-cawe agar kedepan perannya dalam pemerintahan tidak hilang," terangnya.
Padahal siapapun yang jadi Presiden selanjutnya tak menjamin Jokowi tidak akan mengalami post power sindrom.
"Jokowi ketakutan, jika Anies jadi presiden maka sulit bagi dirinya untuk terlibat dalam pemerintahan. Padahal, bukan Anies yang jadi presiden pun tak menjamin dirinya bisa ikut serta mengatur pemerintahan selanjutnya," papar Mantan Ketua Umum IGI itu.
Begitu banyak pemimpin di negeri ini yang meninggalkan orang-orang yang mengendoresenya ketika sudah nyaman di puncak kekuasaan, tak terkecuali di Makassar. Jika itu terjadi, maka post power sindrom itu akan semakin akut.
Baca Juga: Anies Tolak Sistem Proporsional Tertutup Demi Jaga Demokrasi
"Bisa dibayangkan jika ternyata kandidat yang diendorse Jokowi menang Pilpres tapi meninggalkan Jokowi begitu saja, apalagi saat itu Jokowi tak lagi punya kekuasaan apapun, berbeda dengan Megawati yang memegang kendali Parpol besar dengan fraksi terbesar di Senayan," pungkasnya.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO