Menu


Jokowi Tak Ingin Netral di Pilpres 2024, Pengamat: Dia Mau Main Kasar!

Jokowi Tak Ingin Netral di Pilpres 2024, Pengamat: Dia Mau Main Kasar!

Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A

Konten Jatim, Jakarta -

Pengamat Politik Rocky Gerung ikut berkomentar mengenai pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengklaim bahwa dirinya akan tetap cawe-cawe urusan Pilpres.

Dengan pernyataan ini, Rocky pun semakin yakin bahwa Jokowi berniat untuk bergerak lebih jauh lagi untuk mempertahankan eranya.

Tak hanya itu, Rocky pun menduga bahwa Jokowi memiliki skema untuk bermain curang di Pemilu 2024 yang akan datang sehingga hal ini tak bisa dibiarkan.

“Kalau presiden akhirnya bilang dia cawe-cawe dan tidak netral, artinya dia mau main kasar. Kelihatannya begitu itu, artinya mau main curang,” kata Rocky dikutip dari kanal YouTube-nya pada Rabu (31/05/2023).

Baca Juga: Jokowi Cawe-Cawe Buat Pilpres, Demokrat: Presiden Itu Harus Netral!

Rocky pun menduga demikian karena menurutnya orang yang benar-benar paham akan etika politik tak mungkin melakukan apa yang Jokowi lakukan saat ini, yakni cawe-cawe.

“Kan enggak mungkin seseorang yang punya etika politik itu ikut campur dan langsung mengatakan, ‘Oke, saya mau bermain’,” ucapnya.

Sementara itu, Presiden Jokowi memang mengakui bahwa dirinya akan cawe-cawe atau ikut campur urusan Pilpres, tetapi ke arah yang positif.

Ia menegaskan bahwa keinginan dirinya untuk cawe-cawe akan dibatasi dengan sejumlah aturan dan dirinya tak akan melanggar ketentuan aturan yang telah ditetapkan.

"Tolong dipahami ini demi kepentingan nasional, memilih pemimpin pada 2024 sangat krusial penting sekali, harus tepat dan benar,” kata Jokowi di hadapan sejumlah redaksi media massa di Istana Negara pada Senin (29/05/2023).

Jokowi sendiri menegaskan bahwa Pilpres 2024 akan menjadi penentu kejayaan Indonesia, khususnya membuat Indonesia masuk pada peluang negara maju karena bonus demografi.

Baca Juga: Jusuf Kalla Dukung Jokowi Cawe-Cawe Dalam Proses Pemilu

"Karena itu saya cawe-cawe. Saya tidak akan netral karena ini kepentingan nasional," ucapnya.

"Kesempatan kita hanya ada 13 tahun ke depan. Begitu kita keliru memilih pemimpin yang tepat untuk 13 tahun ke depan, hilanglah kesempatan untuk menjadi negara maju," tambahnya.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO