Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui bahwa dirinya tidak akan bersikap netral dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Jokowi mengklaim langkah itu dilakukan untuk kepentingan negara, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan.
Menanggapi ini, Ketua Umum Konfederasi Nasional Relawan Anies, Muhammad Ramli Rahim berkomentar.
Baca Juga: Jokowi Akui Cawe-cawe Pilpres 2024, Mardani PKS: Berbahaya Sekali
Ramli mengatakan sikap cawe-cawe Presiden Jokowi ini sesungguhnya tak perlu diungkapkan karena semuanya sudah terlihat jelas meskipun tak diungkapkan dengan kata.
"Membaca pernyataan Presiden Jokowi minimal ada beberapa poin yang bisa dibaca," ujar Ramli dalam keterangan tertulis diterima fajar.co.id, Selasa (30/5/2023).
Pertama, papar Ramli, Jokowi penasaran ingin mengalahkan Anies. Sebagaimana terlihat secara terbuka, Anies menjadi manusia yang paling tak diinginkan Jokowi.
Boleh jadi Jokowi penasaran dengan kekalahan calon yang didukung Jokowi dalam Pilgub DKI Jakarta.
"Ahok yang dijagokannya tumbang di tangan Anies Baswedan yang lebih dipilih rakyat Jakarta. Saat itu tampaknya Jokowi masih malu-malu mengakuinya secara terbuka, karena itu kali ini Jokowi tidak akan malu-malu lagi," ungkapnya.
Kedua, Jokowi akan berhadapan dengan rakyat. Sejatinya kata Ramli, dalam sistem demokrasi, kekuasaan itu milik rakyat, bukan milik raja seperti dalam sistem monarki sehingga yang berhak menentukan siapa yang akan diberikan kewenangan selanjutnya adalah rakyat.
Berbeda dengan sistem monarki di mana penguasa selanjutnya ditentukan oleh penguasa sebelumnya.
"Presiden Jokowi tampaknya tak percaya dengan rakyat sehingga harus ikut cawe-cawe menentukan pemimpin selanjutnya dan bukan menyerahkannya kembali ke tangan rakyat. Jokowi yang dulu dipercaya oleh rakyat tampaknya kini tak percaya lagi dengan rakyatnya," tuturnya.
Ketiga, Jokowi ketakutan pada hantu yang dibuatnya sendiri.
"Hantu itu mungkin bernama Anies Baswedan atau mungkin juga yang lain tapi komitmen Jokowi untuk ikut cawe-cawe dan komitmennya untuk tidak akan netral adalah konfirmasi atas ketakutannya pada hantu yang dibuatnya sendiri dalam pikirannya," katanya.
Baca Juga: Pernah Membantah, Kini Jokowi Ngaku Cawe-cawe Urusan Pilpres, Katanya Demi Negara
Dilanjutkan Ramli, jika yang dimaksud hantu itu adalah Anies Baswedan maka sesunggunya Anies sudah menunjukkannya saat memimpin DKI, tak ada yang perlu ditakuti sama Anies selama sesuai dengan aturan dan kepatutan yang ada.
Keempat, Jokowi akan mengalami post power sindrome akut. Pernyataan terbuka Presiden Jokowi untuk tidak netral tampaknya membuat publik mengambil kesimpulan bahwa Jokowi ketakutan dan akan mengalami post power sindrom akut.
"Jokowi tak ingin mengalami itu sehingga dirinya merasa harus ikut cawe-cawe agar kedepan perannya dalam pemerintahan tidak hilang," terangnya.
Padahal siapa pun yang jadi Presiden selanjutnya tak menjamin Jokowi tidak akan mengalami post power sindrom.
Baca Juga: JK Dukung Jokowi Cawe-Cawe di Pilpres 2024, tapi Ada Batasannya
"Jokowi ketakutan, jika Anies jadi presiden maka sulit bagi dirinya untuk terlibat dalam pemerintahan. Padahal, bukan Anies yang jadi presiden pun tak menjamin dirinya bisa ikut serta mengatur pemerintahan selanjutnya," papar Mantan Ketua Umum IGI itu.
Begitu banyak pemimpin di negeri ini yang meninggalkan orang-orang yang mengendoresenya ketika sudah nyaman di puncak kekuasaan, tak terkecuali di Makassar.
Jika itu terjadi, maka post power sindrom itu akan semakin akut.
Baca Juga: Sikap Jokowi Soal Pilpres 2024 Tak Menentu, Rizal Ramli: Wajar Saja Memerintah Negara Tak Benar
"Bisa dibayangkan jika ternyata kandidat yang diendorse Jokowi menang Pilpres tapi meninggalkan Jokowi begitu saja, apalagi saat itu Jokowi tak lagi punya kekuasaan apa pun, berbeda dengan Megawati yang memegang kendali Parpol besar dengan fraksi terbesar di Senayan," pungkasnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024