Ketua Dewan Kehormatan DPW PDIP Sulsel, Ansyari Mangkona mengatakan, daerah tidak pernah ikut campur terkait cawapres. Semua kewenangan pusat, khususnya Megawati dan Ganjar Pranowo sebagai capres. "Siapa pun cawapresnya, PDIP satu komando," katanya.
Analis Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Gustiana A Kambo, menilai paket Ganjar dan Sandi memiliki plus minus. Mereka bisa memecah pemilih dikarenakan Sandi pernah mendampingi Anies Baswedan di Pemprov DKI Jakarta.
Kedua, Sandi memiliki daya tarik pemilih muda. "Khususnya kalangan milenial," kata Ketua Program Studi Doktor Ilmu Politik Fisip Unhas ini.
Akan tetapi, aspek lainnya juga perlu dilihat. Bukan hanya paket yang memiliki kekuatan besar menggalang seluruh pemilih. Juga, polarisasi politik.
"Mulai dari aspek etnis, agama, kepentingan, ideologi dan aspek koalisi partai juga menjadi bagian penting. Di Indonesia, kalau tidak berbasis NU, tidak berbasis etnik Jawa, cenderung kurang diterima. Kan pemlihnya banyak di Pulau Jawa. Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat," ungkapnya.
Di Jawa Tengah, Ganjar bisa jadi primadona, tetapi di Jawa Timur belum tentu. Pemilih Nahdlatul Ulama (NU) akan melihat siapa yang mewakili organisasi. Dan itulah yang kuat.
"Minusnya, jika Ganjar memilih Sandi, bisa menjadi celah bagi Anies mencari orang tepat yang bisa meraup lebih besar di Jawa. Misalnya, dengan memilih Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Anies kan bisa meraup suara di Jawa Barat. Usulan Nasdem sangat tepat," jelasnya.
Di Sulsel, ia tak yakin jika sosok Sandi. Mengapa? Karena Sulsel adalah basis Golkar dan Nasdem. "Saya tidak yakin karena basis di sini sedikit-sedikit Golkar, sedikit NasDem, karena ada Syahrul Yasin Limpo (SYL)," pungkasnya.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan