Sebelumnya, Anies menyampaikan kegelisahan tentang survei-survei menuju Pemilu 2024. Pasalnya, ia merasa, belakangan survei begitu sering bermunculan.
Hal itu diungkapkan tepat setelah menghadiri dan memberi pidato politik di Milad 21 PKS. Tepatnya, ketika menanggapi pertanyaan-pertanyaan awak media tentang lembaga-lembaga yang melakukan survei soal Pilpres 2024.
"Saya sampai kadang-kadang mikir, ini survei memotret opini atau survei membentuk opini ya," kata Anies di acara Milad 20 Tahun PKS, di Istora Senayan.
Baca Juga: PDIP: Bagaimana Cara Anies Yakin Pasti Menang di Jawa Tengah?
Pasalnya, lanjut Anies, lembaga-lembaga survei semakin sering memberi rilis survei tentang Pilpres 2024, bahkan kadang-kadang setiap pekan sekali. Meski begitu, ia mengaku tidak mau ambil pusing terkait itu.
Ia berpendapat, itu merupakan hak dari orang-orang yang melaksanakan survei tersebut. Bahkan, Anies mengaku melihat rilis-rilis survei itu sebagai pemicu untuk bekerja lebih keras lagi menghadapi 2024 nanti.
"Bekerja lebih keras, menjangkau semua dan mengajak untuk berkompetisi dalam rekam jejak, rekam gagasan dan rekam karya," ujar Anies.
Pengamat politik, Aditya Perdana mengatakan, publik berasumsi langkah politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) benar-benar sejalan apa yang diputuskan partainya. Terutama, setelah penetapan capres Ganjar Pranowo oleh PDIP.
Namun, belakangan asumsi ini malah tidak sepenuhnya tepat. Pasalnya, Presiden Jokowi menunjukkan adanya keberpihakan dukungan pilihan politiknya tidak hanya kepada Ganjar, tapi juga ke Prabowo Subianto.
Bahkan, kepada calon wakil presiden potensial lainnya seperti Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Sandiaga Uno dan lain-lain. Artinya, Presiden Jokowi memang sedang menunjukkan kepada elite partai dan kepada publik.
"Bahwa ia memiliki posisi politik di beberapa calon yang perlu dijadikan pertimbangan untuk dapat dipilih," kata Aditya lewat rilis yang diterima Republika, Kamis (25/5/2023).
Direktur Eksekutif Algoritma ini menilai, dalam posisi Presiden Jokowi seperti itu elite partai politik memperhatikan beberapa hal. Satu, restu Jokowi pertimbangan penting dalam rancang bangun arah koalisi partai.
Serta, kaitannya dengan strategi partai dalam kontribusi di pemerintahan berikutnya. Kedua, harapan efek elektoral dari dukungan Jokowi yang bisa dimobilisasi. Berbagai data survei menyebutkan ada potensi tersebut.
Meski begitu, Aditya mengaku masih ragu itu akan sepenuhnya diikuti oleh suara pemilih karena tentu pemilih memperhatikan sosok figur dan partai yang diusung. Sehingga, tidak sepenuhnya akan merespon pilihan Jokowi.
"Apalagi, pilihan tersebut tidak tunggal," ujar Aditya.
Baca Juga: Pendiri PAN Sebut Pidato Anies Jadi yang Terbaik Pasca Reformasi
Dalam konteks efek dukungan Jokowi, bisa dipahami bila dinamika koalisi pencapresan ternyata tidak mudah ditebak. Tidak cuma soal keterpilihan capres-cawapres yang belum sepenuhnya aman untuk memenangkan pilpres.
Tetapi, dosen Fisip Universitas Indonesia itu menambahkan, bagaimana koalisi parpol sampai hari ini belum menemukan kesepakatan tertentu. Yang mana, dapat menjamin keterpilihan kandidat yang diusungnya.
"Inilah situasi yang rumit dalam koalisi pilpres saat ini," kata Aditya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024