G7 merupakan sebuah forum yang berisikan negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar, terdiri dari Amerika Serikat (AS), Kanada, Jepang, Perancis, Jerman, Italia dan Inggris. Keberadaan G7 ini kali pertama diinisiasi pada 1970-an lalu.
Setiap tahun, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang selalu dihadiri oleh pemimpin negara anggota, didampingi dengan perwakilan dari Uni-Eropa. KTT G7 membahas berbagai isu terhangat soal dunia.
Pada Minggu (21/5/2023), telah berakhir KTT G7 2023 yang berlangsung di Hiroshima, Jepang. Menariknya, KTT G7 tahun ini memiliki salah satu topik bahasan terkait dengan negara yang dahulu pernah menjadi anggota dari forum ini sampai namanya diganti menjadi G8.
Baca Juga: Sejarah Pembentukan G7 yang Dihadiri Jokowi: Akibat Krisis Minyak
Negara tersebut adalah Rusia. Pernah jadi anggota tetap, Rusia kini sudah tidak lagi menjadi bagian dari forum tersebut. Keadaan perang antara Rusia dan Ukraina semakin memperburuk citra Rusia di hadapan anggota G7 saat ini.
Meskipun begitu, ini bukan alasan kenapa Rusia dikeluarkan dari forum tersebut. Lalu, kenapa Rusia dikeluarkan dari G8? Berikut penjelasan singkatnya menyadur laman Pemerintahan Jerman pada Senin (22/5/2023).
Kenapa Rusia Dikeluarkan dari G8?
Sebagai awalan, setelah berakhirnya konflik Jerman Barat dan Jerman Timur, negara anggota G7 mengundang Mikhail Gorbachev, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet, untuk berunding di London pada tahun 1991. Peristiwa ini terjadi bersamaan dengan KTT G7 di tahun tersebut.
Baca Juga: Daftar Delegasi yang Hadir di KTT G7 2023: Jokowi Wakili ASEAN
Rusia kemudian secara teratur menghadiri pertemuan puncak hingga 2013. Pada tahun 1998, Rusia secara resmi diterima di grup tersebut, menjadikannya G8. Pada KTT G7 Birmingham, Rusia menjadi anggota forum negara dengan industri terkemuka.
Sayangnya, kerja sama G7 dan Rusia berakhir pada 2014 lalu. Sebagai akibat dari pelanggaran Rusia terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah Ukraina, para kepala negara dan pemerintahan G7 memutuskan untuk tidak menghadiri KTT G8 yang direncanakan di Sochi, Rusia di bawah Kepresidenan Rusia.
Keputusan ini awalnya dibuat oleh Presiden AS, Donald Trump dan didukung oleh anggota G7 lainnya. Tingkah laku Rusia ini bahkan membuat Rusia juga “dikucilkan” dari forum-forum lain seperti forum G20 lalu yang membuat Presiden Joko Widodo alias Jokowi merasa dilematis.
Negara-negara G7 tidak menghadiri KTT G8 sampai Rusia mengubah arah dan lingkungan di mana G8 dapat mengadakan diskusi yang masuk akal. Dan hingga saat ini, Rusia masih berada di luar keanggotaan G7 dan belum ada tanda akan bergabung kembali.
Baca Juga: Agenda Presiden Jokowi di KTT G7 2023: Sempat Promosikan IKN
Diperburuk Konflik dengan Ukraina
Situasi Rusia dengan negara-negara G7 semakin buruk setelah mereka mengadakan perang dengan Ukraina. Hingga artikel ini dipublikasikan, konflik antara kedua negara pecahan Uni Soviet ini masih berkecamuk dan belum ada tanda akan usai.
Topik peperangan antara Rusia dan Ukraina juga dibahas di KTT G7 2023 ini. Para anggota G7 mengutuk serangan Rusia terhadap Ukraina yang tidak ada hentinya. Mereka juga disebutkan akan menyiapkan sanksi bagi Rusia jika mereka terus melakukan penyerangan.
Baca Juga: Israel-Palestina Kembali Memanas, Rusia Minta untuk Tidak Lanjutkan Jalan Kekerasan
Sanksi yang dimaksud berupa pengucilan secara ekonomi di mana kedua negara akan memutus hubungan bilateral yang selama ini mereka bangun.
Sementara itu, banyak dari negara-negara tamu undangan KTT G7 di Hiroshima mendukung upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Salah satunya datang dari Presodem Jokowi yang menyatakannya langsung kepada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan