Menu


Banyak Skandal dan Insiden, Benarkah SEA Games 2023 Terburuk?

Banyak Skandal dan Insiden, Benarkah SEA Games 2023 Terburuk?

Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja

Konten Jatim, Depok -

Pada Rabu (17/5/2023), pagelaran SEA Games 2023 di Phnom Penh, Kamboja resmi ditutup. Setelah bertanding kurang lebih 2 minggu, Vietnam kembali mempertahankan status mereka sebagai juara umum dengan raihan 136 medali emas, disusul dengan Thailand yang memperoleh 108 emas. 

Indonesia sendiri mampu mempertahankan posisi dari SEA Games 2022 lalu, yakni di peringkat ketiga. Kontingen Indonesia meraih 87 emas, jauh melampaui target dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang semula hanya berkisar 60 emas saja. 

Prestasi ini memang cukup membanggakan dan diharapkan bisa berkembang di masa mendatang. Namun, di balik raihan prestasi kontingen Indonesia di Kamboja, terdapat banyak masalah dan kontroversi yang terjadi ketika para atlet bertanding. Beberapa di antaranya sampai merugikan Indonesia. 

Baca Juga: 5 Cabor dengan Emas Terbanyak SEA Games 2023: Sumbang 31 dari 87 Emas!

Tidak sedikit bahkan orang-orang yang menganggap SEA Games 2023 adalah yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi, apakah benar kasusnya demikian? Berikut pembahasannya. 

SEA Games 2023 Terburuk?

Banyak Insiden dan Kontroversi yang Disorot

Benar adanya bahwa setiap SEA Games mempunyai permasalahan mereka masing-masing. Tetapi. dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, SEA Games 2023 ini seakan memiliki sejumlah insiden yang berhasil disorot oleh warganet dan media.

Mulai dari awal pembukaan sampai jelang penutupan, banyak masalah baik itu dalam pertandingan maupun di luar pertandingan yang menjadi bahan pembahasan warganet, terlebih jika insiden ini berkaitan dengan Indonesia.

Di luar lapangan misalnya, ada permasalahan bendera Indonesia yang terbalik menjadi bendera Polandia, kamar penginapan atlet bulu tangkis putri banjir karena hujan, penyerahan medali memakai sorot lampu mobil dan sebagainya.

Baca Juga: Daftar Atlet Pencetak Rekor di SEA Games 2023. Siapa Saja Mereka?

Permasalahan dalam lapangan tidak kalah kontroversial. Beberapa disebutkan merugikan Indonesia seperti ketika atlet pencak silat Bayu Lesmana dipaksa mundur, atlet bulu tangkis Indonesia tidak diperkenankan tanding di nomor beregu campuran sampai banyaknya cabang olahraga (cabor) yang hanya terkenal di Kamboja sehingga seakan menguntungkan tuan rumah untuk meraih medali emas.

Alasan di atas membuat banyak orang yang menganggap SEA Games 2023 adalah yang terburuk sepanjang sejarah. Namun, apakah alasan-alasan ini cukup untuk menjustifikasi titel “SEA Games terburuk?”

Ekonomi Rendah dan Pengalaman Pertama

Terlepas dari alasan-alasan di atas, ada 2 faktor yang membuat segelintir masyarakat maklum dengan keadaan SEA Games 2023 yang penuh masalah ini. 2 faktor yang dimaksud adalah tingkat perekonomian rendah dan pengalaman pertama mereka sebagai tuan rumah SEA Games.

Sebagai informasi, perekonomian Kamboja adalah yang terendah ketiga di Asia Tenggara, di bawah Myanmar dan Timor Leste. Keadaan ekonomi seperti inilah yang sekiranya membatasi infrastruktur negara mereka dalam penyelenggaraan SEA Games.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Final Bulu Tangkis SEA Games 2023: Indonesia Juara Umum!

Dibandingkan dengan beberapa SEA Games sebelumnya, pembiayaan SEA Games di Kamboja adalah yang terendah, “hanya” sekitar 30-40 juta USD. Bandingkan dengan SEA Games 2022 di Vietnam yang menghabiskan dana sebesar 78 juta USD atau SEA Games 2019 di Filipina yang makan uang sampai 147 juta USD.

Ditambah lagi, mereka juga perlu mempersiapkan dana untuk Paralympic SEA Games. Data menyebutkan total mereka perlu menghabiskan sekitar 100 juta USD untuk kedua acara tersebut. Tentunya keuangan mereka sudah diatur sedemikian rupa berdasarkan kemampuan.

Beberapa cabor tidak dipertandingkan atau menggunakan lapangan yang kurang layak macam basket 5x5. Ini sempat menyebabkan pebasket asal Filipina mengalami cedera. 

Baca Juga: Juara Umum, Ini 5 Peraih Medali Emas Angkat Besi di SEA Games 2023

Alasan kemiskinan ini semakin diperparah dengan pengalaman pertama mereka ketika menyelenggarakan SEA Games. Pengalaman pertama yang seharusnya dimanfaatkan dengan baik bisa jadi terkendala dengan biaya yang seharusnya bisa lebih.

Kesiapan mental juga bisa jadi masalah, mengingat SEA Games sebelumnya memiliki kemewahan dan kemegahan, sehingga panitia merasa tekanan untuk menyamai atau bahkan lebih baik. Sayangnya, hal tersebut tidak tercermin dari banyak aspek di SEA Games tahun ini.

Kali Pertama Sejak 1963

Sudah sejak lama, Kamboja ingin mencoba menjadi tuan rumah SEA Games. Spesifiknya, Kamboja pernah mengajukan diri jadi tuan rumah pada SEA Games 1963. Sayangnya, kondisi politik saat itu masih bergejolak dan situasi masih belum kondusif untuk mengadakan SEA Games.

Dengan demikian, mereka harus menunggu 60 tahun lamanya untuk kembali dipercaya mengadakan SEA Games. Sebagai perbandingan, Indonesia, Vietnam dan Filipina yang baru berpartisipasi pada SEA Games pada 1977 lalu sudah mengadakan 2-4 SEA Games dalam periode tersebut. Tentu ini dikarenakan kestabilan politik dan ekonomi negara-negara tersebut.

Baca Juga: Profil Priska Nugroho, Bintang Muda Tenis Indonesia Peraih Emas SEA Games 2023

Dari analisis di atas, penilaian terhadap SEA Games 2023 terburuk itu bisa jadi benar adanya, baik jika dilihat secara objektif atau subjektif. Namun, yang patut diperhatikan adalah banyak alasan mendasar di baliknya.

Jika demikian kasusnya, maka masih bisa dimaklumi dengan banyaknya kesalahan-kesalahan elementer dan ketidakprofesionalan. Tentu diharapkan juga agar ke depannya mereka bisa menghasilkan SEA Games yang lebih berkualitas dibanding sekarang.

Baca Juga: Final SEA Games Berlangsung 4 Jam, Kenapa Pertandingan Tenis Durasinya Lama?

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO