Artinya, kata Nyarwi, JK memiliki pengalaman bagus dalam menyusun dan mengelola koalisi partai politik demi mewujudkan kesepakatan untuk mendukung pasangan capres-cawapres.
“Kedua, adalah pengalaman (JK) dalam memenangkan pertarungan Pilpres 2004 (bersama SBY) dan (Pilpres) 2014 (bersama Jokowi),” tuturnya.
Baca Juga: Airlangga Temui Jusuf Kalla, Bicara soal Perkembangan Arah Koalisi Golkar di Pilpres 2024
Sementara itu, pengalaman ketiga JK adalah bisa mengelola pemerintahan bersama presiden terpilih periode 2004-2009 dan 2014-2019. Modal JK itu diyakini bisa membantu situasi para ketum parpol sekarang yang masih 'galau' dalam menentukan blok koalisi.
“Tiga jenis pengalaman JK tersebut jelas menjadi pengetahuan yang berharga bagi para ketua umum partai yang saat ini masih galau untuk merumuskan blok koalisi yang solid,” terang Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) ini.
Selain itu, ketiga pengalaman JK itu juga bisa bermanfaat bagi para ketum parpol dalam menentukan pasangan capres-cawapres, serta memastikan pasangan yang mereka usung berjaya dalam kampanye Pilpres 2024.
Nyarwi melanjutkan, meskipun saat ini JK tidak memiliki jabatan kuat di partai politik, sikap dan pendapat JK memiliki potensi untuk memengaruhi arah kebijakan politik yang akan diambil oleh Partai Golkar.
“Termasuk dalam menentukan arah koalisi maupun pasangan capres-cawapres untuk menghadapi pilpres mendatang,” pungkas Nyarwi.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024