"Dalam simulasi head to head ini, Prabowo terlihat cenderung unggul atas Ganjar pada Maret sampai April 2023. Namun memasuki Mei, pasca deklarasi Ganjar oleh PDIP, Ganjar mulai mengimbangi Prabowo. Bahkan, dalam simulasi di antara yang mengenal keduanya, Ganjar telah menyalip Prabowo," sebutnya.
Deni menyatakan, dukungan pada calon presiden ini diperkirakan masih akan dinamis, karena sejauh ini masih ada perbedaan tingkat pengenalan publik terhadap calon.
Baca Juga: Prabowo Kembali Diserang ISU HAM, Pengamat: Sudah Tidak Relevan
Saat ini Prabowo sudah dikenal oleh 94 persen atau hampir semua pemilih, sementara Ganjar baru dikenal 85 persen.
“Pada hari-H, dapat diasumsikan bahwa hampir semua pemilih akan tahu kedua tokoh tersebut,” jelasnya.
Pada kelompok pemilih yang tahu kedua tokoh, Ganjar menjadi unggul atas Prabowo. Ganjar mendapatkan dukungan 46,4 persen suara, sementara Prabowo 38,8 persen. Sementara masih ada 14,8 persen yang belum menjawab.
Deni menjelaskan, "pemilih kritis" merupakan pemilih yang punya akses ke sumber sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon atau cellphone.
Baca Juga: PKS Minta Jokowi Tetap Adil dan Netral dalam Pilpres 2024
"Sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap serhadap beta-berta sosial-politik. Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebei berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan. Mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. Total pemilih kriss ini secara nasional diperkirakan 80 persen," ucapnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024