Pakar hukum sekaligus pengamat politik Refly Harun mempertanyakan kredibilitas beberapa lembaga survei di Indonesia seperti Indikator Politik dan lain sebagainya dalam kanal YouTube pribadinya, dilansir pada Sabtu (29/4/2023).
Sebelumnya, survei tersebut menjelaskan salah satu wacana duel antara 2 calon presiden potensial dari kubu PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra, yakni Ganjar Pranowo serta Prabowo Subianto jika capres Koalisi Perubahan Anies Baswedan meredup.
Refly Harun membacakan berita yang diambil sumbernya dari rilis pers Indikator Politik. Disebutkan bahwa Anies Baswedan bisa bertarung melawan pasangan Ganjar-Prabowo dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 atau justru Ganjar Pranowo yang akan duel dengan Prabowo Subianto jika Anies Baswedan tidak lagi masuk dalam peta politik.
Baca Juga: Refly Harun: Mahfud MD Tak Bisa Jadi Cawapres Anies
“Menarik ya, tapi yang harus kita tanyakan dulu adalah Indikator Politik ini bekerja untuk siapa? Apakah dia bekerja untuk salah satu calon surveinya ataukah dia betul-betul truly independent?” kata Refly Harun.
Dirinya menyebut selama sumber keuangan dari lembaga survei tidak disebutkan secara jelas, masyarakat tidak bisa mempercayai hasil survei atau analisis dari lembaga tersebut 100 persen.
“Karena kalau misalnya bilang ‘wah kami independen walaupun kami uangnya berasal dari si-x,’ nggak bisa, Karena selama dia mau tidak di-clear sumber keuangannya, maka kita tidak bisa percaya persen,” lanjut Refly Harun.
Lebih lanjut, Refly Harun menjelaskan kalau banyak dari lembaga survei seperti Indikator Politik atau Saiful Mujani Research and Consulting yang mayoritas menyebut kalau Ganjar Pranowo merupakan capres unggulan nomor 1. Tapi, kenyataannya belum tentu demikian.
“Lembaga survei yang besar-besar itu kelihatannya sudah jelas, nomor satunya selalu Ganjar Pranowo. Entah itu realita sesungguhnya ataukah itu sebenarnya tidak demikian we don’t know exactly ya kita serahkan kepada kredibilitas mereka masing-masing,” tuturnya.
Dirinya juga menjelaskan kalau lembaga survei bisa jadi memiliki bias tertentu terhadap 1 calon atau pasangan meskipun pembiayaannya murni independen. Ini bisa jadi karena adanya kedekatan psikologis dengan peneliti sehingga nantinya juga akan terpengaruh dalam menyajikan survei.
Dan jika mereka yang independen masih bisa bias, ini tentunya amat berlaku bagi lembaga survei yang memperoleh “pesanan” dari pihak-pihak tertentu. Jadi, perlu digaris bawahi untuk tidak 100% mempercayai hasil survei yang disebarluaskan oleh lembaga survei.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024