Menu


Perang Sudan Penting Bagi Seluruh Dunia, Kok Bisa?

Perang Sudan Penting Bagi Seluruh Dunia, Kok Bisa?

Kredit Foto: AP Photo/Marwan Ali

Konten Jatim, Jakarta -

Sudan berisiko hancur karena pertempuran antara pasukan junta militer. Kedua belah pihak punya puluhan ribu pejuang dan berbagai sumber daya yang melindungi dari sanksi.

Formula ini serupa dengan konflik berkepanjangan yang telah menghancurkan negara Timur Tengah lain dan Afrika, mulai dari Lebanon dan Suriah hingga Libya dan Ethiopia: Awal mula pertempuran ialah Sudan berusaha bertransisi ke pemerintahan demokrasi.

Konflik ini telah menewaskan ratusan orang dan membuat jutaan orang terjebak di daerah perkotaan demi berlindung dari tembakan, ledakan, dan penjarah.

Baca Juga: Perang Sudan: Kronologi Konflik Pemimpin Militer Usai Kudeta

Jenderal Abdel Fattah Burhan pemimpin angkatan bersenjata, dan Mohammed Hamdan Dagalo pimpinan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang dikenal kejam di Darfur, masing-masing berusaha merebut kendali atas Sudan.

Arti perang bagi tetangga Sudan

Melansir Republika, Sudan merupakan negara terbesar di Afrika berdasarkan wilayah. Sudan juga melintasi Sungai Nil dan berbagai perairan dengan Mesir dan Ethiopia.

Mesir bergantung pada Sungai Nil untuk menghidupi lebih dari 100 juta penduduknya, sedangkan Ethiopia tengah mengerjakan bendungan besar di hulu yang mengkhawatirkan Kairo dan Khartoum.

Baca Juga: Strategi di Balik Perang Badar, Bermula dari Pengintaian

Tak heran jika Mesir punya hubungan erat dengan militer Sudan. Kairo telah menjangkau kedua belah pihak di Sudan untuk mendesak gencatan senjata, tetapi tak mungkin bertahan jika militer kalah.

Lima negara lain juga berbatasan dengan Sudan, yakni Libya, Chad, Republik Afrika Tengah, Eritrea, serta Sudan Selatan yang memisahkan diri pada 2011. Hampir semuanya terperosok dalam konflik internal mereka sendiri, termasuk dengan berbagai kelompok pemberontak.

“Apa yang terjadi di Sudan tidak akan tinggal di Sudan. Chad dan Sudan Selatan terlihat paling berisiko terhadap potensi limpahan. Tapi semakin lama (pertempuran) berlarut-larut, semakin besar kemungkinan kita melihat intervensi eksternal yang besar," ujar Alan Boswell dari International Crisis Group.

Baca Juga: Pengamat: Genderang Perang Mulai Ditabuh Anas Urbaningrum 

Kekuatan eksternal Sudan

Uni Emirat Arab punya hubungan dekat dengan RSF yang mengirim ribuan pejuang untuk membantu dalam perang melawan kelompok Houthi di Yaman. Sementara itu, Rusia punya rencana pembangunan pangkalan angkatan laut berdaya tampung 300 tentara.

Pembangunan itu direncanakan di Port Sudan sebagai jalur perdagangan Laut Merah yang penting bagi pengiriman energi ke Eropa.

Bisakah orang luar menghentikan konflik?

Ekonomi Sudan yang terpuruk agaknya memberi celah bagi negara-negara Barat untuk menggunakan sanksi ekonomi demi menekan kedua belah pihak agar mundur. Namun, kelompok bersenjata di sana telah lama memperkaya diri.

Kebanyakan, dengan perdagangan gelap mineral langka dan sumber daya alam lainnya. Mereka juga bisa mengandalkan pengusaha di Khartoum dan sepanjang tepi Sungai Nil selama pemerintahan panjang al-Bashir.

Di sisi lain, banyaknya calon mediator seperti AS, PBB, Uni Eropa, Mesir, Uni Afrika, negara-negara Teluk, hingga blok delapan negara Afrika timur (IGAD) disebut bisa membuat upaya perdamaian lebih rumit dari perang itu sendiri.

Baca Juga: Ganjar Dinasehati Said Abdullah Agar Tak Terperangkap Godaan PAN-PPP

"Mediator eksternal berisiko menjadi kemacetan lalu lintas tanpa polisi,” kata De Waal.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024