Sebelumnya, RSF dimanfaatkan pemimpin otoriter Omar al-Bashir yang mundur pada 2019 demi membantu militer menghentikan pemberontakan sipil. Situasi militer saat itu hanya punya angkatan udara kuat dan persenjataan berat.
Meski begitu, militer Sudan lemah dalam mobilisasi perang daerah pedesaan gersang di Darfur. Jadi, Janjaweed diturunkan pemerintah Sudan dengan memanfaatkan kuda dan unta, untuk turut memerangi pemberontak sipil.
Baca Juga: Bakal Bubar Kalau Berdamai, Koalisi Besar adalah Imbas ‘Perang Dingin’ Jokowi-PDIP?
Pada 2010, Janjaweed berubah menjadi unit reaksi yang lebih formal dan dikenal sebagai RSF. Bashir bahkan memberikan dukungan finansial pada para komandannya, sampai membuat mereka kaya dan berkuasa.
Berlanjut tak hanya dikerahkan ke Darfur, RSF juga bertugas ke luar Darfur demi mengatasi bentrokan antar suku di sepanjang perbatasan Sudan. Misalnya, saat adanya protes sipil demi menggulingkan kediktatoran Bashir dari kekuasaan Sudan pada 2019.
Tak disangka, militer Sudan dan RSF justru bersekongkol melakukan kudeta pada dua tahun kemudian.
Ini dilakukan sebelum penyerahan kekuasaan pada pemerintah yang dipimpin sipil karena tekanan internasional. Hingga saat ini, kesepakatan itu tak berakhir mulus hingga perebutan dan peralihan kekuasaan menjadi tak terhindarkan.
Baca Juga: Perang Dingin Megawati vs Jokowi, Pengamat Sebut Presiden Berupaya ‘Melepaskan Diri’
Bentrokan dua kubu militer ini bahkan menelan banyak korban.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024