Menu


Tentang Metode Hisab Dalam Penentuan Hari Raya Idulfitri yang Digunakan Muhammadiyah

Tentang Metode Hisab Dalam Penentuan Hari Raya Idulfitri yang Digunakan Muhammadiyah

Kredit Foto: Unsplash/Michael

Konten Jatim, Jakarta -

Metode hisab merupakan metode penentu awal bulan dalam kalender kamariah berdasarkan perhitungan ilmu astronomi untuk memastikan hilal sudah terwujud atau belum.

Metode ini sendiri sudah digunakan oleh berbagai pihak, salah satu yang menggunakannya adalah organisasi Islam yang cukup besar, yakni Muhammadiyah.

Meski hisab digunakan oleh Muhammadiyah, metode ini belum lama digunakan oleh para ulama berdasarkan penjelasan Ustaz Felix Yanwar Siauw alias Felix Siauw.

“Hisab itu adalah penentuan baru-baru ini saja. Penentuan baru-baru ini ulama-ulama memakai hisab,” kata Felix Siauw melalui unggahannya pada Kamis (20/04/2023).

Baca Juga: Begini Perhitungan Bulan yang Membuat Muhammadiyah Lebaran di Tanggal 21 April

Ada alasan mengapa para ulama lebih memilih menggunakan metode hisab ini dalam penentuan awal bulan, termasuk dalam menentukan Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah.

Menurut penjelasan Ustaz Felix Siauw, ilmu astronomi memiliki perhitungan yang lebih akurat mengenai pergantian tanggal berdasarkan bulan ini.

“Ini lebih akurat karena kapan bulan baru terlihat di mata manusia, di mana tempatnya, itu semua sudah bisa dihitung. Maka Muhammadiyah menentukan 21 (sebagai Hari Raya Lebaran, red) kita udah tahu,” ujarnya.

Sementara itu, tanggalan yang biasa kita gunakan sehari-hari merupakan perhitungan berdasarkan matahari, sementara Islam menentukan tanggal berdasarkan perputaran bulan.

Maka dari itu, kalender syamsiah atau kalender berdasarkan matahari ini memiliki jumlah hari yang berbeda dengan kalender kamariah atau kalender berdasarkan perputaran bulan.

“Kalau berdasarkan penanggalan matahari, kalender syamsiah itu ada sekitar 365 hari dalam waktu satu tahun. Jadi, setiap tahun itu ada 365 hari, setiap bulan itu ada yang 30, ada yang 31 hari,” ucapnya.

Baca Juga: Bedanya Hari Lebaran Versi Pemerintah dan Muhammadiyah Diminta untuk Tak Diperdebatkan

Ustaz Felix Siauw mengatakan bahwa penanggalan berdasarkan peredaran bulan ini ada karena hadits yang Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam keluarkan mengenai jumlah hari per bulannya.

Jumlah hari ini pun ikut mengatur waktu kita berpuasa di bulan Ramadan. Dalam sabda Nabi Muhammad, jumlah hari hanya terbagi dua, yakni 29 atau 30 hari.