Menu


Dedek Prayudi: Polarisasi Politik Akan Menguat Memasuki Kampanye Pemilu 2024

Dedek Prayudi: Polarisasi Politik Akan Menguat Memasuki Kampanye Pemilu 2024

Kredit Foto: PSI

Konten Jatim, Depok -

Polarisasi politik adalah fenomena yang dianggap amat berbahaya dalam kehidupan bermasyarakat, lantaran ini bisa memecah belah persatuan orang-orang di Indonesia hanya karena perbedaan dalam pemikiran politik.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi pernah merasakan hidup di tengah polarisasi politik di tahun 2016-2017 saat Anies Baswedan bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sedang memperebutkan tiket Gubernur DKI Jakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Baca Juga: Polarisasi Politik di DKI Hanya Mitos? Begini Penjelasan Sulfikar Amir

Uki, panggilan akrabnya, mengatakan dalam kanal YouTube Total Politik, dilansir pada Rabu (19/4/2023), bahwa meskipun bukan satu-satunya pihak yang harus disalahkan karena polarisasi di tengah masyarakat, tidak dapat dipungkiri bahwa sentimen terhadap pasangan Anies-Sandi lah yang menjadi salah satu faktor utama polarisasi politik.

"Ada 2 fakta yang nggak bisa dibantah. Pilkada 2017 yang sangat kental dengan polarisasi bersentimenkan agama tersebut itu memenangkan pasangan Anies-Sandi. Itu fakta,” kata Uki.

Dan yang kedua, orang-orang dengan kedekatan terhadap Anies Baswedan dan Sandiaga Uno-lah yang menjadi salah satu faktor pemicu polarisasi. Dan polarisasi ini tidak akan terjadi jika tidak ada isu politik kuat serta narasi yang umumnya mengaitkan dengan identitas agama.

Di sini, Uki menyimpulkan bahwa polarisasi politik terdekat berpotensi terjadi pada masa kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang, di saat situasi politik di Indonesia sedang “panas-panasnya”.

“Saya yakin polarisasi ini akan menguat lagi nanti ketika sudah musim kampanye. Sekarang ini kan belum ya, masih musim sosialisasi,” lanjut Uki.

Baca Juga: Wasekjen PSI Beberkan 'Formula' Terjadinya Polarisasi Politik di Jakarta

Dan di sini, Uki menerangkan bahwa akan menarik jika lembaga survei kembali membuat survei terkait peta politik dan melihat ada atau tidaknya polarisasi politik di tengah masyarakat. Uki mengatakan bahwa kebanyakan lembaga survei membuat survei ketika sedang tidak ada peristiwa politik, sehingga polarisasi yang dimaksud tidak terlihat.

“Kalau yang saya lihat dari studinya lebih ke arah sosial social cohesion. Kalau di level tidak ada peristiwa polarisasi politik yang kita bicarakan ini lebih tepatnya polarisasi keberpihakan politik atau polarisasi pemikiran politik karena nggak ada peristiwa apa-apa juga sekarang gitu,” katanya.

Baca Juga: Apabila Ganjar, Prabowo, dan Anies Maju di Pilpres, Pakar Sebut Tak Akan Terjadi Polarisasi Ideologis

"Jadi saya pikir polarisasi tersebut tetap ada sebenarnya ya. Akan tetapi berada di level yang minimum atau di level yang moderat di level yang masih sehat. Menarik kalau misalnya nanti dibikin lagi studinya cuma pas peristiwanya sedang berlangsung ini” pungkas Uki.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024