Konferensi Asia-Afrika yang dilaksanakan kali pertama di Bandung pada 18 April 1955 merupakan salah satu momen penting bagi dunia politik tidak hanya di Indonesia saja, melainkan juga lanskap politik global.
Diusung oleh 5 negara yakni Indonesia, Pakistan, India, Sri Lanka dan Myanmar yang mayoritas belum lama merdeka, Konferensi Asia Afrika banyak membahas hal-hal berkaitan dengan pengaruh politik dari Kubu Barat yang dipelopori Amerika Serikat dan Kubu Timur yang didukung oleh Uni Soviet.
Dan setelah Konferensi Asia-Afrika berakhir, bisa dikatakan ada dampak yang cukup signifikan hasil dari konferensi tersebut. Berikut pembahasan mengenai dampak Konferensi Asia-Afrika dalam lanskap politik global, menyadur jurnal Universitas Galuh Ciamis pada Selasa (18/4/2023).
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika ke-68
Dampak Konferensi Asia-Afrika
Secara sederhana, dampak Konferensi Asia-Afrika (KAA) tertuang dalam Dasasila Bandung yang menggabungkan prinsip-prinsip Piagam PBB diadopsi dengan suara bulat. Terdapat 10 butir dari Dasasila Bandung yakni:
- Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
- Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara;
- Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil;
- Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain;
- Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB;
- Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun; Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun;
- Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara manapun;
- Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrase, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB;
- Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama;
- Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Memperingati Hari Hemofilia Sedunia
Di sini, bisa terlihat cukup jelas bahwa sejak awal tujuan diadakannya KAA adalah untuk memenuhi status quo sebagai kubu penengah antara Blok Barat dan Blok Timur. 29 negara yang tergabung dalam KAA ini sepakat untuk menolak dipengaruhi kedua kubu tersebut.
Dengan demikian, KAA sukses menjalankan hasil konferensi mereka sebagaimana tujuan awal yang mereka inginkan. Dan lebih dari itu, KAA juga berhasil menghasilkan sesuatu yang lebih besar untuk menengahi Blok Barat dan Blok Timur, yakni dengan membentuk Gerakan Non-Blok.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024