Surat Makkiyah perlu dibedakan dengan Surat Madaniyah karena diturunkan dalam dua periode yang berbeda, yakni sebelum Rasulullah SAW hijrah dan sesudahnya.
Dalam metode penentuan Makkiyah-Madaniyah dari ayat-ayat Al-Qur’an, laman Islam Nahdlatul Ulama (NU) Online sebagaimana disebutkan As-Syutuhi, ada dua metode, yakni metode naqli dan qiyasi.
Metode naqli bertumpu pada riwayat para sahabat. Sementara itu, metode qiyasi berumpu pada kajian logis dan ijtihad.
Baca Juga: Apa Itu Surat Makkiyah? Ini Penjelasan dan Ciri-Cirinya
Dijelaskan As-Zarqani, riwayat para sahabat digunakan dalam hal ini karena tak ada penjelasan langsung dari Nabi Muhammad SAW terkait klasifikasi ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah. Kajian inilah suatu pengembangan studi Al-Qur’an pada dewasa ini.
Pertama, Abu Ja’far An-Nahhas dalam kitabnya meriwayatkan dari Yamut bin Al-Muzarri’, dari Abu Hatim Sahl bin Muhammad As-Sajistani, dari Abu Ubdaidah Ma’mar bin Al-Mutsanna, dari Yunus bin Hubaib, dari Abu Amr bin Al-‘Alaa’, dari Mujahid dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas menyebutkan ringkasan Makkiyah dari ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
(1) Surat Al-An’Am turun di Makkah, semua ayat kecuali 3 (tiga) ayat; (2) Surat Al-A’raf; (3) Surat Yunus; (4) Surat Hud; (5) Surat Yusuf; (6) Surat Ar-Ra’du; (7) Surat Ibrahim; (8) Surat Al-Hijr; (9) An-Nahl; (10) Surat Bani Israil; (11) Surat Al-Kahfi; (12) Surat Maryam;
(13) Surat Thaha; (14) Surat Al-Anbiya’; (15) Surat Al-Hajj (kecuali tiga ayat terakhirnya); (16) Surat Alm-Mu’min; (17) Surat Al-Furqon; (18) Surat As-Syu’araa’ (kecuali 5 (lima) ayat terakhirnya); (19) Surat An-Naml; (20) Surat Al-Qashash; (21) Surat Al-Ankabut;
Baca Juga: Hebatnya Surah At-Taubah, KH Ahmad Zahro: Perisai Paling Hebat dari Semua Perisai
(22) Surat Ar-Ruum; (23) Surat Luqman (kecuali 3 (tiga) ayat di dalamnya, yakni ayat ke-27 sampai dengan ayat ke-29); (24) Surat As-Sajadah (kecuali 3 (tiga) ayat, yakni: ayat ke-18 sampai dengan ayat ke-20); (25) Surat Saba’; (26) Surat Fathir; (27) Surat Yaasiin;