Dalam salah satu tausiahnya, Ustadz Khalid Basalamah mendapat pertanyaan sikap apa yang harus dilakukan jika ada perbedaan waktu Idul Fitri? Padahal saat Idul Fitri, kita sudah tidak boleh berpuasa.
Ustadz Khalid Basalamah menyebut bahwa terpenting adalah tidak membuat kita berpuasa selama 31 hari. Secara pribadi, Ustadz Khalid Basalamah mengikuti aturan agama.
Baca Juga: Bagaimana Penentuan Idul Fitri 1 Syawal yang Benar? Ini Kata Ustadz Firanda Andirja
"Kalau saya wallahu alam masih kembali pada pemerintah, di sana ada MUI, di MUI ada Muhammadiyah, ada NU, ada macam-macam ormas Islam. Sudahlah kita bersatu di bawah pemerintah, yang penting puasanya 30 hari maksimal, enggak boleh 31 hari," kata Ustadz Khalid Basalamah, mengutip Lapan TV, Senin (17/4/2023).
Lanjut Ustadz Khalid Basalamah, dalam hitungan hijriah 29 atau 30 hari saja untuk berpuasa Ramadhan, tidak lebih dari pada itu. Jika pemerintah menambah sampai 31 hari, kita tidak boleh mengikutinya.
Namun kalau hanya beda satu hari, misalnya ketentuan satu 29 hari dan ketentuan lainnya 30 hari, maka seperti itu tidak masalah.
"Saya yakin di MUI ini enggak mungkin ceroboh. Masa kita lebih jeli daripada mereka dan mereka menganggap 'sudahlah' karena ego biarin aja, enggak kok. Saya kadang-kadang mau tiba idul Idul Fitri, saya telepon MUI ada yang saya kenal 'bagaimana akhi? Oh iya ini sudah 27 titik melihat tapi belum ada yang kelihatan'" jelas Ustadz Khalid Basalamah.
Oleh sebab itu, perbedaan dalam perayaan Idul Fitri tidak perlu dianggap "heboh" selama tidak menyalahi ketentuan Islam. Karena kita yakin, para ahli sangat paham dalam penentuan 1 Syawal.
"Kalau hanya pas waktu 29 atau 30 hari maka belum langgar sunnah Nabi SAW. Ikuti pemerintah dan jangan sampai berselisih selama itu masih koridor ada dalil menjelaskannya," tutup Ustadz Khalid Basalamah.