Menu


Bagaimana Penentuan Idul Fitri 1 Syawal yang Benar? Ini Kata Ustadz Firanda Andirja

Bagaimana Penentuan Idul Fitri 1 Syawal yang Benar? Ini Kata Ustadz Firanda Andirja

Kredit Foto: Pexels/Rodnae Production

Konten Jatim, Jakarta -

Ustadz Firanda Andirja mengatakan ada dua metode untuk menentukan 1 Ramadan dan 1 Syawal. Metode tersebut biasa disebut rukyatul hilal dan hisab. 

Di antara kedua metode itu, Ustadz Firanda menyebut bahwa metode hilal adalah yang benar menurut empat imam madzhab. Bahkan, metode ini dikatakan ijma ulama. 

Baca Juga: Ada Arisan Kue Jelang Lebaran, Ini Hukumnya Menurut Buya Yahya

"Metode melihat hilal inilah yang sesuai empat madzhab bahkan dikatakan ijma' ulama. Tidak ada yang menyelisihi bahwasanya menentukan 1 Ramadan harus dengan melihat hilal," kata Ustadz Firanda. 

Dijelaskan, metode hisab hanyalah alat bantu untuk menentukan sekiranya kapan hilal bisa terlihat. Namun, perhitungan ini tidak bisa digunakan untuk menetapkan 1 Ramadan dan 1 Syawal.

"Adapun hisab itu hanyalah membantu namun tidak menentukan. Dengan hisab kita bisa memperkirakan apakah hilal terlihat atau tidak. Tetapi yang menentukan 1 Ramadan adalah terlihatnya hilal," ungkap dia.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,

"Berpuasalah kalian dengan melihat hilal dan berbukalah (mengakhiri puasa) dengan melihat hilal. Bila ia tidak tampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Sya'ban menjadi 30 hari," (HR Bukhari dan Muslim).

"Jadi hadits-hadits seperti ini mengisyaratkan bahwasanya yang menjadi patokan adalah terlihatnya bilal bukan adanya hilal. Karena bisa jadi hilal itu ada tapi terhalangi oleh awan," ujar Ustadz Firanda lagi. 

Sang ustaz menambahkan bahwasanya hilal bisa dilihat jika posisinya berada di atas 3 atau 4 derajat cakrawala. Semakin besar angkanya, maka semakin lama pula hilal itu terlihat.

"Hilal dilihat tatkala matahari tenggelam. Begitu titik matahari tenggelam, orang akan melihat hilal. Hilal itu kalau hilal berada 4° di atas cakrawala, berarti hilalnya agak besar dan dia akan bertahan di cakrawala sekitar 16 menit," terang Ustadz Firanda.

"Kalau dia ketinggiannya 3°, maka hilal semakin kecil. Umurnya masih sangat muda. Dia hanya bertahan dua belas menit kemudian dia tenggelam. Kalau hilal 2° di atas cakrawala, semakin pendek semakin muda lagi. Oleh karenanya begitu mati tenggelam orang berusaha lihat," kata dia.

Baca Juga: Ustaz Hanan Attaki: Bukan Hanya soal Mudik, Lebaran Bermakna Menjalin Lagi Silaturahmi yang Renggang

Maka Ustadz Firanda menyimpulkan bahwa penentuan hari raya lebaran adalah bergantung pada terlihat hilal atau tidak. Jika tidak ada yang melihat, maka Ramadan harus digenapkan selama 30 hari.

"Jadi saya katakan metode hisab hanya membantu tetapi tidak menentukan. Bisa jadi menurut hitungan hilal itu ada, tapi nggak mungkin terlihat."