Ustadz Muhammad Romelan mengungkap hukum mudik lebaran menurut Islam. Dalam bahasa Arab, mudik sama artinya dengan safar, yakni keluar dari tempat tinggal untuk melakukan perjalanan yang jauh.
Di Indonesia, fenomena mudik juga termasuk jenis safar yang kerap dilakukan setiap tahunnya. Adapun beberapa adab safar yang sebaiknya diperhatikan sebelum berangkat ke kampung halaman.
Baca Juga: Mau Mudik Lebaran? Perhatikan Adab Safar dari Ustadz Muhammad Romelan
Pertama, memiliki niat yang baik ketika bersafar. Ustadz Muhammad Romelan mengatakan kita tidak tahu apakah saat safar akan dipanggil Allah SubhanahuWaTa'ala. Oleh karena itu, hendaknya meniatkan safar dengan niat yang baik sebagai bentuk takut kepada Allah SWT.
Kemudian perhatian tujuan dari safar tersebut. Ustadz Muhammad Romelan mengingatkan tidak boleh melakukan safar dengan tujuan bermaksiat dan berbuat dosa. Sebab Allah SWT bisa saja mewafatkan orang tersebut dalam keadaan bermaksiat.
Adab selanjutnya adalah Istikharah, yakni menunaikan shalat dua rakaat dan kemudian berdoa agar safar tersebut dimudahkan Allah SWT.
Adapun adab lainnya yaitu menyelesaikan utang dan tanggungan sebelum safar Ini adalah bagian sunnah Nabi Muhammad SAW.
"Banyak sekali hadis yang menjelaskan besarnya perkara utang sehingga perlu diperhatikan. Seandainya Allah menghendaki lain, kita dalam keadaan tidak punya tanggungan," kata Ustadz Muhammad Romelan.
Lalu, orang yang hendak berangkat safar sebaiknya memberikan wasiat kepada keluarga dengan wasiat yang mulia. Dengan begitu, kita bisa meninggalkan keluarga dalam keadaan baik.
Adab penting lainnya yakni pilih teman atau partner yang baik selama safar.
Nabi SAW bersabda, “Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memerhatikan siapakah teman dekatnya.” (HR. Ahmad).
Seorang Muslim dimakruhkan bersafar sendirian, hendaknya bersafar bersama beberapa orang. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
Baca Juga: Pandangan Syariat Terhadap Fenomena Mudik Lebaran
“Orang yang berkendaraan sendirian adalah setan, orang yang berkendaraan berdua adalah dua setan, orang yang berkendaraan bertiga maka itulah orang yang berkendaraan yang benar.“ (HR. Malik dalam Al Muwatha, Abu Daud no.2607, dan At Tirmidzi no. 1674, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Adab-adab safar lain yang tak kalah pentingnya yaitu mempersiapkan bekal, berangkat di hari Kamis, pamit kepada kerabat, hingga menunjuk seorang ketua dari rombongan.