Pangi juga memandang, isu perlawanan Anas terhadap SBY tak berlangsung lama. Perlawanan itu, lanjut dia, bakal berjalan panas kalau terjadi ketika SBY masih berkuasa.
Dalam pidatonya saat keluar penjara, Anas memang melontarkan sindiran mengenai adanya pihak yang menggunakan pihak lain untuk menggebuk atau nabok nyilih tangan. Sindiran ini diduga ditujukan kepada SBY yang menggunakan KPK untuk memenjarakan Anas.
Baca Juga: PKN Tepis Kabar Anas Urbaningrum Gabung Partai Demokrat Kubu Moeldoko
"Anas ini lebih besar dari Demokrat, sayang hanya bicara Hambalang dan SBY beliau bisa kembali menjadi besar, karena kita pemaaf, meski hak politik Anas dicabut lima tahun," ujar Pangi.
Selain itu, Pangi mengungkapkan, Anas memang ditakuti ketika masih aktif di Demokrat. Bahkan saat itu ada istilah Anas Effect yang bisa mengambil alih Partai Demokrat dari kubu Cikeas. Anas kala itu didukung banyak loyalis hingga berpeluang sebagai bakal calon presiden. Kini, Pangi menantikan apakah Anas masih punya taji seperti dulu atau tidak.
"Mungkin kalau Anas nggak kena kasus Hambalang beliau yang berpotensi menjadi capres pada masa itu. Namun akhirnya realitas politik beda. Sekarang apa kekuatan politik Anas? Hak politiknya juga sudah dicabut, apakah memang masih sekuat dulu melawan partai Demokrat, SBY dan hambalang?" singgung Pangi.
Diketahui, kubu Moeldoko dikabarkan mengajukan Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung (MA) terkait sengketa kepengurusan Partai Demokrat. Hal ini disampaikan oleh AHY bahwa pada 3 Maret 2023 menerima informasi Moeldoko masih mencoba untuk mengambil alih Partai Demokrat. Hanya saja, kabar ini dibantah oleh Moeldoko.
Adapun PK merupakan langkah terakhir menguji putusan Kasasi MA No.487 K/TUN/2022 yang telah diputus 29 September 2022.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO