Sejarah hari ini, tepatnya pada 10 April 1815, merupakan hari di mana tidak hanya masyarakat Indonesia, melainkan banyak warga di belahan bumi lain, menyaksikan bencana alam berupa letusan Gunung Tambora yang amat dahsyat.
Gunung Tambora sendiri merupakan salah satu gunung api yang berada di Sumbawa, Kepulauan Nusa Tenggara. Namun, letusan gunung api ini bahkan bisa mempengaruhi negara-negara lain, terutama dari segi iklim.
Bagaimana sebenarnya sejarah letusan Gunung Tambora yang terjadi 2 abad lalu? Berikut penjelasannya melansir situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Senin (10/4/2023).
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Lahirnya Sultan Hamengku Buwono IV
Letusan Gunung Tambora
Kronologi
Jika ditarik mundur, sebenarnya erupsi Gunung Tambora ini sudah terlihat indikasinya pada 1812. Gunung Tambora beberapa kali mengeluarkan gemuruh dan abu vulkanik, namun belum sampai di tahap mengeluarkan lahar.
Barulah pada 5 April 1815, Gunung Tambora meletus dalam skala kecil. Gemuruh letusan gunung api ini terdengar sampai ke seluruh penjuru Indonesia, macam Makassar di Sulawesi, Jakarta di Jawa dan bahkan sampai Kepulauan Maluku.
Namun, letusan tanggal 10 April 1815 lah yang menjadi letusan Gunung Tambora terbesar sepanjang sejarah. Suara letusan gunung api yang berlokasikan di Nusa Tenggara ini bahkan terdengar sampai Pulau Sumatera yang jaraknya ribuan kilometer.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Didirikannya Kopaska yang Begitu Mendadak
Kekuatan letusan Gunung Tambora tercatat pada 7 skala Volcanic Explosivity Index (VEI). Letusan Gunung Tambora disebut-sebut merupakan letusan gunung terdahsyat dalam sejarah peradaban manusia modern, bahkan melebihi letusan Gunung Krakatau pada 1883.
Sembari meletus, Gunung Tambora mengeluarkan ribuan ton abu vulkanik yang awalnya hanya menyebar sampai ke sejumlah wilayah di Indonesia. Namun, pada akhirnya abu vulkanik ini juga mempengaruhi negara-negara lain.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO