Sahur menjadi salah satu kegiatan penting selama puasa, baik di bulan Ramadan maupun sunah. Di waktu tersebut, orang-orang bangun pada dini hari untuk makan agar dapat saum selama seharian penuh.
Kata “sahur” berasal dari kata “sahar” yang berarti materi seperti makanan dan minuman untuk sahur. Namun kata “sahar” itu sendiri berarti akhir malam.
Baca Juga: Bagaimana Ciri-ciri Orang yang Dapat Lailatul Qadar? Ini Penjelasan Ustadz Abdul Somad
Allah SWT berfirman, “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. al-Dzariyat/51: 18). Dalam ayat di atas, “ashar” adalah bentuk plural “sahar”.
Ustadz Adi Hidayat menyampaian, Nabi Muhammad SAW memberikan satu isyarat yang sangat kuat, baik berupa penekanan ibadah sahur pun memberikan penjelasan manfaat yang diraih dari ibadah sahur.
“Ada kebiasaan orang taqwa itu adalah mereka memiliki kebiasaan beristighfar di saat subuh, dan amalan ini pula disejajarkan oleh Allah di dalam Al Imaran ayat 16-17, disejajarkan dengan orang-orang yang rajin infaq, bersabar, khusyuk, dan konsisten dengan kebenaran,” ujar Ustadz Adi, dikutip dari Adi Hidayat Official, Senin (10/4/2023).
Baca Juga: Memahami Hakikat Ramadhan dalam Diri Sendiri Menurut Ustadz Abdul Somad
Pesan utamanya adalah lakukan aktivitas itu di waktu sahar, dan ketika dikerjakan di waktu sahar ini nanti ada berkah yang melekat dalam waktivitas itu.
Terkait dengan sunnah Ramadan, di antara aktivitas yang dituntun oleh Rasulullah SAW untuk dikerjakan di waktu sahar merupakan hal yang dapat memberi tambahan energi saat berpuasa.
“Puasa yang ditunaikan dari fajar sampai dengan ke Magrib, baik itu terkait dengan aspek kebutuhan jasmani, ketahanan tubuh unutk menahan lapar, haus dan yang lainnya,” ujar Ustadz Adi.
Ustadz Adi juga mengatakan, selain aspek jasmani, ada keberkahan lain yang diperoleh orang-orang sahur, yakni diberikan keberkahan rohani.
Baca Juga: Jika Wanita Lebih Disarankan untuk Salat di Rumah, Bagaimana Perhitungan Pahalanya?
“Atau juga aspek yang terkait dengan rohani. Kekuatan mentalitas untuk mendisiplinkan karakter moral kita supaya stabil dalam melakukan perbuatan baik, mencegah daripada merusak,” terangnya.
“Jasmani mencegah dari yang membatalkan, rohani mencegah dari yang merusak, tandasnya.