Sesuai yang tercantum pada situs resminya, FIFA menguraikan, setiap anggota minimal mendapat USD 5 juta untuk operasional dan kebutuhan pengembangan sepak bola. Nilai itu setara Rp74,5 miliar.
Selain itu, ada tambahan USD 3 juta (sekitar Rp 44,7 miliar) untuk setiap anggota yang mengeksekusi program tertentu yang diajukan kepada FIFA hingga mendapat persetujuan. Ini sifatnya proyek jangka panjang.
Anggota FIFA juga bisa mendapat tambahan USD 1,2 juta (sekitar Rp 17,9 miliar), jika memang membutuhkan biaya lebih untuk operasional, kebutuhan alat, sampai keperluan timnas sepak bola.
Erick mengaku mendatangi FIFA sesuai arahan Presiden Jokowi untuk melakukan negosiasi sekaligus mempresentasikan kepada FIFA tentang cetak biru atau blueprint transformasi sepak bola Indonesia.
Saat bertemu Presiden FIFA, Gianni Infantino, Erick juga menjabarkan komitmen pemerintah Indonesia dalam merenovasi 22 stadium yang dapat dipakai untuk kegiatan tim nasional dan liga.
"Setelah saya menyampaikan pesan Presiden Jokowi, dan menjelaskan cetak biru sepak bola kita, FIFA hanya memberikan sanksi administrasi berupa pembekuan dana FIFA Forward untuk keperluan operasional PSSI. Hal itu akan direview kembali setelah FIFA mempelajari strategi besar pengembangan sepak bola Indonesia," tambahnya.
Bagi Erick, sanksi administrasi yang diberikan FIFA di satu sisi merupakan sebuah pembelajaran dan berkah bagi sepak bola Indonesia yang saat ini terus berbenah menuju perbaikan di semua sektor.
"Saya sudah berusaha maksimal saat bertemu dengan FIFA. Dengan sanksi ini, kita masih terus melanjutkan program transformasi sepak bola bersama FIFA. Dengan sanksi ini, kita tidak dikasih kartu merah, tapi kartu kuning sehingga kita bisa bermain dan berkompetisi di SEA Games pada akhir bulan ini," pungkasnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024