Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menegaskan bahwa Anas Urbaningrum bukan lagi bagian dari Demokrat. Herzaky juga mempersilakan Anas jika ingin membongkar sesuatu jika harus dibongkar.
Herzaky mengatakan bahwa Demokrat bersyukur mendapatkan pelajaran pahit dari masa lalu yang membuat partainya lebih kuat karena kelompok yang membuat Partai Demokrat rusak sudah pergi.
Baca Juga: Ini Respons Partai Demokrat Soal Bebasnya Anas Urbaningrum
Menurutnya, Demokrat sudah belajar dari masa lalu sehingga mereka berhati-hati supaya tidak ada lagi pihak yang melakukan upaya korupsi.
"Itu yang tidak kita inginkan karena bagaimanapun komitmen kami antikorupsi," ujar Herzaky, Rabu (5/4/2023).
Ia melihat Demokrat di bawah kepemimpinan AHY berhasil membangun satu komitmen dengan kode etik yang jelas meski sempat menghadapi tantangan besar.
Herzaky melanjutkan, Anas merupakan bagian dari masa lalu Demokrat yang sudah tidak berkaitan lagi. Ia juga mempersilakan jika para loyalis Anas mengancam akan buka-bukaan karena sudah tidak ada kaitannya dengan Demokrat.
"Kami tidak merasa ada hubungan sama sekali, buka, silakan saja, itu malah kita tunggu, silakan," lanjutnya.
Anas Urbaningrum, lanjut Herzaky, justru memiliki masalah dengan KPK karena lembaga antirasuah itu yang menangkapnya, bukan Demokrat. Ia menilai perilaku Anas di masa lalu justru merusak Demokrat yang saat itu mengantongi elektabilitas tinggi.
Meski loyalis Anas menyebut bahwa Anas korban kriminalisasi, Herzaky menegaskan bahwa hal itu tidak ada kaitannya dengan Demokrat.
Herzaky justru mempersilakan mereka untuk menuntut para pimpinan KPK yang dulu menangkap Anas.
"Kami di internal malah tidak ada yang membahas," lanjut Herzaky.
"Begitu dia buat kasus dulu, ya sudah selesai. Bagi kami lemak-lemak masa lalu yang merusak Partai Demokrat itu sudah hilang, tubuh kami sudah segar, lemak hampir tidak ada, stamina oke, fisik kuat, lari kencang siap," tutupnya.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO