"Kalau melihat kecenderungan penolakan dan kekecewaan pendukung di media sosial, sikap Ganjar ini akan menggerus dukungan dari basis pendukung loyalnya," kata A Luhur Prianto, analis politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Kamis, 30 Maret.
Presiden Soekarno memang merupakan tokoh yang paling keras menolak eksistensi Israel. Termasuk menolak kehadiran Israel di tanah air. Atas alasan itu, kader-kader PDIP berlomba ingin menjadi yang paling Soekarnois.
Baca Juga: Tanggapi Isu Kaesang Maju di Pilkada Depok, PDIP Tetap Menunggu Keputusan Pimpinan
Sikap yang juga ingin menunjukkan loyalitasnya pada PDIP, sebagai institusi penganut ajaran Soekarno. Di lain sisi, sikap elite PDIP berbeda dengan elite kekuasaan istana, yang masih mencari jalan tengah.
"Sikap istana justru tampil heroik di publik, tetapi tidak mampu mencegah keputusan dramatis FIFA," kata Luhur.
Secara elektorat, Ganjar-lah yang memperoleh dampak keruguan keterpilihan paling besar dari sikap penolakan itu. Ganjar kini menjadi public enemy (musuh bersama) masyarakat sepak bola tanah air.
Ganjar dan PDIP digugat para pendukungnya. Apalagi, Ganjar dan juga Wayan Koster tampil sebagai kepala daerah kader PDIP yang mereproduksi sikap politik Soekarno puluhan tahun yang lalu itu.
Di lain sisi, Luhur menilai ada positif dari sikap PDIP ini. Setidaknya bisa meretas polarisasi Kadrun vs Cebong yang selama masih terbelah.
"Israel bisa mempersatukan kelompok Islamis (kadrun) dan nasionalis (cebong), hingga keduanya memiliki kesamaan sikap pada yang layak diperjuangkan secara bersama," ujarnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024