Merapatkan shaf dalam shalat berjamaah menjadi tata cara yang dianjurkan oleh Islam. Hal tersebut dianjurkan agar menciptakan persatuan dan kesatuan atau ukhuwah Islamiyah sesama Muslim.
Shaf seharusnya dirapatkan satu sama lain sehingga tak ada celah antara shaf yang satu dengan yang lainnya. Orang-orang yang shalat berjamaah harus sejajar bahu dan kakinya.
Hal ini pula yang dijelaskan oleh pendakwah Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya.
Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Shaf Shalat yang Rapat dan Lurus sesuai Hadits Shahih
Diterangkan dalam ceramahnya, Buya Yahya menyebut bahwa dianjurkan untuk tak membuat shaf kedua apabila shaf pertama masih ada yang kosong dan belum terisi penuh.
"Shaf itu harus rapi, imam, kemudian shaf yang pertama. Jangan membuat shaf kedua kecuali shaf pertama sudah penuh," ujar Buya Yahya dari kanal YouTube Al-Bahjah TV, dikutip Konten Jatim pada Senin (27/3/2023).
Dirinya juga sangat menekankan pentingnya merapatkan shaf, sebab jika membuat shaf kedua padahal yang pertama belum penuh, terancam tak dapat pahala dari shalat berjamaah yang dilakukan tersebut.
"Kalau shaf pertama belum penuh (lalu) membuat barisan yang kedua, maka yang belakang tidak mendapatkan pahala shalat berjamaah, itu dikatakan para ulama," sambung Buya Yahya.
Jika terdapat kondisi di mana ada orang yang batal wudu pada shaf pertama, maka orang yang ada di shaf belakangnya harus maju ke depan agar shaf tersebut penuh dan tak kosong.
"Bahkan jika seandainya barisan pertama sudah penuh, kita di barisan kedua juga penuh, kemudian ada yang batal wudhu di barisan depannya, maka kita ke depan," ucapnya.
Baca Juga: Posisi Shaf Shalat Jamaah ketika Makmum Masih Anak-anak, Ini Penjelasannya
Merapatkan shaf menjadi sangat dianjurkan dalam Islam. Berikut beberapa manfaat dari merapatkan shaf dalam shalat berjamaah.
1. Meningkatkan rasa solidaritas dan kebersamaan antarsesama umat Islam.
2. Menjaga kesatuan dan persatuan Muslim dalam beribadah.
3. Suasana beribadah menjadi lebih khusyuk.