6. Kesaksian Palsu
Sejumlah ajudan Ferdy Sambo memberikan kesaksikan palsu soal kronologi sebelum kematian Yosua, di antaranya Richard dan Ricky.
Untugnya, Richard mengoreksi kesaksiannya yang jadi pintu masuk bagi terkuaknya kasus ini.
7. Melarang Keluarga Yosua Lihat Jenazah
Bawahan Ferdy Sambo di Divisi Propam, Brigjen Hendra Kurniawan, membuat kegaduhan saat ikut mengantarkan jenazah Yosua ke keluarganya di Jambi pada 9 Juli silam.
Saat itu, Hendra melarang pihak keluarga membuka peti jenazah. Untungnya, orangtua Yosua ngotot untuk tetap membuka peti anaknya.
Inilah titik awal yang menguak skenario jahat Ferdy Sambo.
8. Menyuap
Ferdy Sambo sempat berupaya menyuap staf Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) yang datang untuk melakukan assesmen terhadap istrinya. Adanya upaya Ferdy untuk menyuap dibeberkan oleh Menkopolhumam Mahfud MD.
9. Tak Punya LHKPN
Sebagai pejabat negara, Ferdy Sambo ternyata tak melakukan kewajibannya untuk menyampaikan laporan harta kekayaannya.
Terkait hal ini, juru Bicara KPK Bidang Pencegahan Ipi Maryati mengatakan, pihaknya telah menerima permohonan atas nama Ferdy Sambo tahun 2021. Namun demikian, dokumen yang dilaporkan dinyatakan belum lengkap.
"Ada kelengkapan dokumen yang masih harus dilengkapi. Sehingga, sampai hari ini belum dapat dipublikasikan di situs e-LHKPN," kata Ipi kepada wartawan, Kamis (10/8/2022).
10. Nyebar Hoaks di Lingkungan Mabes Polri
Rekayasa kasus baku tembak yang dirancang Ferdy tak cuma mengecoh masyatakat luas, tapi juga petinggi-petinggi Polri, tak terkecuali Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Beberapa jam setelah membunuh Yosua, ia sempat mendatangi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Kepada komandan tertingginya itu, Ferdy sudah langsung menyampaikan kronologi berisi cerita karangannya.
Cerita karangan itu kemudian menghiasi pemberitaan media selama beberapa pekan sampai akhirnya situasi berubah sebulan kemudian.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO