Direktur Eksekutif Indostrategic, Khoirul Umam mengatakan, wacana koalisi besar Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo menjadi pukulan yang telak, terutama bagi Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar.
Karena itu, menurut dia, wajar jika Cak Imin menyatakan sikap tegas. Bila skema Prabowo-Ganjar kian matang, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang disemai Gerindra-PKB akan bubar.
Baca Juga: Ajak Masyarakat Pilih Pemimpin Berkualitas, Politisi PDIP: Salah Satunya Prabowo
"PKB yang merupakan partai berbasis ormas Islam dengan kekuatan suara terbesar hasil Pemilu 2019, sekitar 10 persen, seolah dipaksa untuk kesekian kalinya oleh kekuatan politik tertentu untuk mengalah dan mundur dari kontestasi Pilpres," kata Khoirul, Jumat (17/3/2023).
Ia turut melihat, secara tidak langsung gabungan PDIP dan Gerindra yang meneguhkan dominasi kekuatan politik nasionalis. Hal itu memaksa partai-partai Islam hanya menjadi makmum, pengikut atau sekadar penggembira dalam koalisi politik pencapresan.
Baca Juga: Setelah PPP dan PKB, PBB Akan Bersafari Politik ke Golkar, Gerindra, dan NasDem
Dalam konteks yang lebih spesifik, ia melihat, suara pemilih Nahdliyin hanya dijadikan sebagai rebutan. Sedangkan, mesin politik Nahdliyin seolah tidak diberikan peran yang memadai dalam ruang kompetisi kepemimpinan nasional.
Di Pilpres 2019, proposal Cak Imin jadi Cawapres Jokowi bertepuk sebelah tangan. PKB hampir membentuk koalisi lain untuk Gatot Nurmantyo-Muhaimin, tetapi terpaksa digagalkan karena ada tekanan.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan