KPU mengakui pemilu 2024 merupakan salah satu pemilu tersulit dan rumit di dunia. Dalam pesta demokrasi lima tahun ini, masyarakat mencoblos lima tiket suara, yakni Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD. Kompleksitas ini melipatgandakan beban kerja penyelenggara di lapangan.
Mengantisipasi persoalan ini, KPU melakukan sejumlah evaluasi dan antisipasi. Agar kejadian pada Pemilu 2019 yang menyebabkan jatuhnya ratusan korban, tidak terulang lagi.
Baca Juga: Serius Hadapi Partai Prima, KPU Akan Tetap Melawan
Hal tersebut disampaikan Deputi Teknis KPU Eberta Kawima dalam dialog OTW Nyoblos bertema “Pemilu di Tengah Gejolak Ekonomi dan Politik Dunia”, dalam rangkaian peluncuran RM Koran Pemilu, di Kantor Rakyat Merdeka, Gedung Graha Pena, Jakarta, kemarin. Dialog ini juga dihadiri Anggota DKPP J Kristiadi dan Tenaga Ahli Ketua Bawaslu, Dayanto.
Eberta menyampaikan, pemilu di Indonesia memang paling rumit dan pelik di dunia. Meski begitu, Indonesia cukup bangga, karena sebagai bangsa yang besar pemilu tidak menimbulkan konflik yang menimbulkan pertumpahan darah.
Eberta memaparkan, KPU melakukan sejumlah upaya untuk mencegah terjadinya korban seperti yang terjadi pada Pemilu 2019. Saat itu, korban KPPS meninggal mencapai 800 orang dan sakit hingga 5 ribu akibat kelelahan. Menurut dia, pada 2014 juga sudah ada korban. Begitu juga pada Pilkada 2020. Namun, saat itu jumlah korban tidak banyak seperti pada Pemilu 2019.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024