Apa yang dibahas? Jodi Mahardi yang ikut dalam pertemuan itu, menjawab normatif. Kata Jodi, itu hanya pertemuan dua tokoh yang sudah bersahabat sejak lama.
"Tukar pandangan saja mengenai berbagai isu terkini. Ya, silaturahmi beliau-beliau kan selalu baik. Nggak ada rencana apa-apa," tandas Jodi, saat dihubungi, kemarin.
Hal senada juga disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal NasDem, Hermawati Taslim. Mulanya, Hermawi membenarkan adanya pertemuan antara Luhut dan Paloh. Pertemuan itu berlangsung sekitar 1 jam. Dari pukul 12.00-13.00 WIB. "Benar," ungkap Hermawi.
Meskipun pertemuan terjadi di tahun politik, Jodi membantah, keduanya bertemu untuk urusan Pemilu 2024. "Bagian dari silaturahmi kebangsaan, menyatukan tekad untuk memajukan bangsa. Memperkuat semangat kebangsaan," tambahnya.
Saat ditanya apakah ada isu politik yang turut dibahas Luhut dan Paloh, Hermawi menyatakan, mereka membahas mengenai politik kebangsaan. "Bicara politik kebangsaan. Memperkuat persatuan nasional di tengah kancah internasional," bebernya.
Namun, sejumlah analis politik ragu bila pertemuan 2 tokoh besar hanya sekedar untuk reunian. Direktur Eksekutif Trias Politik Strategis, Agung Baskoro menilai sulit untuk tidak mengaitkan pertemuan Paloh dan Luhut tanpa ada muatan politik.
"Apalagi di saat yang bersamaan berkeliaran soal Pilpres, reshuffle, maupun isu-isu politik kontemporer lainnya soal sistem proporsional terbuka vs tertutup, maupun terkait perpanjangan masa jabatan Presiden," tukas Agung.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menduga misi yang dibawa Luhut berkaitan dengan pencapresan Anies Baswedan oleh NasDem. "Bisa saja Luhut beroperasi membuat Paloh batalkan pengusungan Anies," sebut Dedi, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Sebab, Luhut dinilai Dedi sebagai perpanjangan tangan Pemerintah. Ekspresi kekuasaan Luhut jauh lebih menonjol dibanding sebagai tokoh bangsa. "Dengan itu maka bisa ditafsirkan jika Luhut sedang dalam misi mewakili Pemerintah," sambung pengamat politik jebolan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Di sisi lain, dia berpendapat Paloh tidak goyang dengan keputusannya mencapreskan Anies. Menurutnya, Paloh adalah tokoh politik mapan dan senior yang bisa menjaga kepentingannya. Sehingga Paloh tetap mengusung Anies meskipun kekuasaan taruhannya.
"Akhirnya, ini akan menjadi lobi-lobi politik elit yang muaranya tawar menawar kekuasaan, apakah kemudian Paloh yang luluh dan menyerahkan kepentingannya pada Luhut, atau sebaliknya," imbuh dia.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO