Perang Badar berawal dari niat mencegah kafilah dagang Quraisy dalam misi yang mendapatkan Abu Jahal dan tiga ratus orang lainnya tanpa kontak senjata.
Rasulullah SAW menyerahkan bendera pasukan kaum Muslimin kepada Hamzah bin Abdul Muththalib pada Ramadan tahun pertama hijrahnya ke Madinah. Pada Rabi’ul Awwal tahun kedua hijrah, Rasululah SAW langsung memimpin pasukan ke kampung Wuddan.
Jaraknya dedlapan mil dari Al-Abwa’ untuk menghadang orang-orang Quraisy dan Bani Dhamrah.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Dahsyatnya Perang Badar dan Kemenangan Tak Terduga
Rasulullah dan pasukannya berhasil mengikat perdamaian dengan Bani Dhamrah dari perang yang dikenal dengan sebutan Perang Al Abwa’. Selanjutnya, pada bulan Rajab di tahun yang sama, Rasulullah mengutus Abdullah bin Jahasy bersama delapan orang Muhajirin.
Abdullah ditulisinya surat dan diperintahkannya jangan membuka surat itu sebelum berjalan dua hari. Rasulullah pun dituruti oleh Abdullah bin Jahasy.
Baca Juga: Benarkah Ada Campur Tangan Allah dalam Perang Badar?
Disebut dalam tafsir Ath-Thabari jilid empat, isi suratnya sebagai berikut: “Sesudah engkau membaca suratku ini, hendaklah terus melanjutkan perjalananmu sampai engkau tiba di Nakhlah yang terletak antara Makkah dan Thaif. Kemudian intailah orang-orang Quraisy dan sampaikan beritanya kepada kami.”