Menu


Bagaimana Metode Tahdzir Dipraktekkan oleh Para Ulama?

Bagaimana Metode Tahdzir Dipraktekkan oleh Para Ulama?

Kredit Foto: Pixabay/Javad Esmaeli

Konten Jatim, Jakarta -

Menurut para ulama Ahlussunnah, tahdzir ialah amalan yang disyariatkan dalam Islam dalam rangka menjaga kemurnian agama Islam dan menasehati umat agar tak terjerumus. 

Tahdzir sendiri adalah memperingatkan umat dari kesalahan individu atau kelompok dan membantah kesalahan tersebut. 

Dari keterangan para ulama, salah satunya perkataan Imam al-Qarafi seperti dikutip dari Muslim.or.id:

Baca Juga: Apa Itu Manhaj Salaf dan Mengapa Wajib Mengikutinya?

“Hendaknya kerusakan dan aib ahlul bid’ah serta pengarang buku-buku yang menyesatkan dibeberkan kepada umat, dan dijelaskan bahwa mereka tidak berada di atas kebenaran; agar orang-orang yang lemah berhati-hati darinya sehingga tidak terjerumus ke dalamnya. Dan semampu mungkin umat dijauhkan dari kerusakan-kerusakan tersebut.” (Al-Furuq, IV/207).

Sementara itu, Imam Ahmad pernah ditanya terkait yang lebih disukai antara seseorang yang berpuasa, salat, dan i’tikaf, atau mengkritik ahlul bid’ah. Beliau pun menjawab:

Baca Juga: Apa Itu Salaf? Asing di Kalangan Awam, Ini Penjelasannya

“Kalau dia shalat, puasa dan i’tikaf maka manfaatnya hanya untuk dia sendiri, namun jika dia mengkritik ahlul bid’ah maka manfaatnya bagi kaum muslimin, dan ini lebih afdhal!.” (Majmu’ Fatawa Syaikhil Islam: XXVIII/231).

Dalam memahami metode tahdzir yang asli dan metode bid’ah yang diada-adakan pada zaman ini, menurut Muslim.or.id, terdapat beberapa contoh praktek nyata para ulama dalam menerapkan tahdzir dari dulu hingga sekarang.

Berikut beberapa contoh tersebut:

Baca Juga: Apa Itu Khalaf? Ulama Penerus yang Lahir Setelah 241 Hijriyah

  • Abdullah bin Umar RA (w. 73 H), saat mentahdzir sekte Qadariyah dengan pernyataannya, Beritahukanlah kepada mereka bahwa aku berlepas diri dari mereka, dan mereka berlepas diri dariku.” (HR. Muslim, no. 1).
  • Imam al-Bukhari (w. 256 H) manakala ia mentahdzir sekte Jahmiyyah dalam kitabnya, ‘Khalq Af’al al-‘Ibad wa ar-Radd ‘ala al-Jahmiyyah wa Ashab at-Ta’thil’.
  • Imam ad-Darimi (w. 280 H) saat mentahdzir dari Bisyr al-Mirrisi dalam kitabnya: “Naqdh Utsman ad-Darimi ‘ala al-Mirrisi al-Jahmi al-‘Anid fima Iftara ‘ala Allah fi at-Tauhid.”
  • Imam ad-Daruquthni rahimahullah (w. 385 H) kala mentahdzir dari ‘Amr bin ‘Ubaid, sang gembong sekte Mu’tazilah di zamannya, dalam kitabnya “Akhbar ‘Amr bin ‘Ubaid bin Bab al-Mu’tazili.”
  • Imam Abu Nu’aim al-Ashbahani (w. 430 H) ketika mentahdzir dari sekte Rafidhah dalam kitabnya “Al-Imamah wa ar-Radd ‘ala ar-Rafidhah.”