Menu


Sejarah 2 Alun-Alun Malang, Punya Konsep Beda dari Alun-Alun Jawa Biasanya

Sejarah 2 Alun-Alun Malang, Punya Konsep Beda dari Alun-Alun Jawa Biasanya

Kredit Foto: Instagram/Ramadhan Rizka Fakhresi

Konten Jatim, Jakarta -

Alun-alun kota tentunya menjadi salah satu sarana wisata gratis bersama keluarga sekaligus menjadi ruang hijau yang menyejukkan di tengah kota yang sibuk. Uniknya, Kota Malang punya dua alun-alun. Mengapa bisa begitu?

Alun-Alun Malang juga kerap kali menjadi tempat yang menandakan seseorang pernah pergi ke Malang sebelumnya. Pasalna, wisatawan pasti kerap tak puas jika berkunjung ke kota yang satu ini, tetapi tak menyambangi alun-alunnya.

Adapun, dua alun-alun di Malang punya saling berkaitan dan punya sejarah panjang terkait dengan zaman penjajahan Belanda. Keduanya ialah Alun-Alun Merdeka dan Alun-Alun Bunder.

Baca Juga: Di Alun-Alun Malang, Bisa Lakukan Hal Menarik ini!

Menurut Salsa Wisata, Alun-Alun Malang yang pertama kali dibangun ialah Alun-Alun Merdeka, yakni pada 1882 oleh Kolonial Belanda. Sebab itulah, konsep alun-alun yang satu ini jauh berbeda dengan konsep yang diterapkan pada alun-alun di Jawa pada umumnya.

Pada umumnya, alun-alun di Jawa berada tepat di depan pendopo kabupaten atau keraton, dengan lapang luas dan pohon besar. Namun, Alun-Alun Merdeka ini berbeda, pun karena menghadap ke selatan meski di area sekitarnnya ada bangunan yang mendukung pusat pemerintahan.

Iya, pemerintahan Belanda.

Baca Juga: Menilik Pantai Cantik Balekambang, Tanah Lot-nya Malang

Alun-Alun Merdeka berbentuk segi empat dikelilingi bangunan pendukung pemerintahan Belanda, dan digadang-gadang menjadi simbol kekuasaan Belanda. Untungnya, upaya tersebut ambruk karena penduduk Malang berhasil mematahkan simbol kekuasaan tersebut.

Seringkali, masyarakat sekitar memanfaatkan alun-alun yang seharusnya eksklusif untuk pemerintah Belanda ini untuk kegiatan sehari-hari semata. Bahkan, setiap sore harinya selalu ada pedagang yang menjajakan jajanan. Alun-alun ini penuh dengan pribumi.

Hal ini membuat Belanda membiarkan Alun-Alun Merdeka menjadi taman biasa untuk rakyat pribadi. Mereka kembali membuat alun-alun baru demi kembali mendapatkan otoritas kekuasaan.

Baca Juga: Gemerlap LED Malam Hari di Malang Night Paradise, Bak Surga Cahaya

Alun-Alun Bunder

Inilah masanya Alun-Alun Bunder. Alun-alun ini dimulai pembangunannya pada 1917 dan selesai pada 1922, dengan nama asli JP Coen Plein. Tata letak alun-alun ini kali ini menggunakan pakem alun-alun Jawa pada umumnya, meski tetap bergaya Eropa.

Saat itu, pusat pemerintahan Malang yang menjadi Kotamadya dipindahkan ke dekat alun-alun ini dan menghadap utara. Dari sini, bisa terlihat jelas pemandangan gunung di sekitar Malang, seperti Gunung Arjuno, Semeru, dan Gunung Kawi

Adapun, nama ‘Bunder’ yang tersemat pada alun-alun ini datang dari bentuk Alun-alun yang serupa lingkaran. 

Baca Juga: Kota Malang, Kota Paris van East Java Yang Sejuk Dan Indah

Per 1946, Bung Karno meresmikan sebuah tugu yang dibangun di tengah-tengah Alun-Alun Bunder. Ini alasannya alun-alun ini juga dikenal sebagai Alun-Alun Tugu. Sejak itulah, Malang menjadi punya dua alun-alun yang masih dipergunakan hingga sekarang.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024