Rencana adanya serangan besar terhadap satu kota besar ini pun disetujui. Namun, Panglima Divisi III/GM III Kolonel Bambang Sugeng bersikukuh, Yogyakarta-lah yang harus diserang karena ialah ibu kota RI dan banyak wartawan asin di Hotel Merdeka Yogyakarta.
Selain itu, anggota delegasi United Nations Commision for Indonesia (UNCI) dan pengamat militer dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun masih ada, dan semua pasukan paham dan menguasai situasi daerah operasi.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Diresmikannya Hari Pers Nasional
Berbagai tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949 ialah:
Politik
Melawan kampanye Belanda yang menyatakan agresi militernya berhasil di Indonesia, mendukung perjuangan perwakilan RI di Dewan Keamanan PBB, dipimpin oleh Lambertus Nico Palar.
Psikologis
Bermaksud memulihkan, memupuk, dan meningkatkan kepercayaan rakyat kepada TNI dan mengobarkan semangat juang. Pasalnya, TNI masih tetap setia pada tugasnya dan gigih terus berjuang menghalau musuh dan ini digadang-gadang menjadi inspirasi.
Militer
Membuktikan bahwa TNI masih tetap utuh dan menjadi satuan yang tertib kepada dunia internasional. TNI bisa melawan secara terkoordinasi dan terkonsentrasi, tetap setia pada RI. Ini juga menunjukkan keberadaan Belanda di Yogyakarta tidaklah sah.
Tujuan-tujuan tersebut berhasil dicapai dan tak berselang lama setelah peristiwa, terjadi pula Serangan Umum Surakarta yang merupakan salah satu keberhasilan pejuang Indonesia. Serangan itu membuktikan, gerilya juga merupakan serangan secara frontal, tak hanya penyergapan atau sabotase.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Berdirinya Kota Pasuruan, Kota Pelabuhan yang Ramai Buat Pedagang
Kedua serangan umum ini menyegel nasib Belanda di Indonesia, dengan Surakarta yang dipertahankan pasukan kavaleri, artileri, infanteri, dan komando tangguh.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO